I.
PENDAHULUAN
Sebagai salah satu Negara yang mayoritas penduduknya Kristen. Banyak
sejarah yang Filipina ukir dalam perjalanannya, seperti mengahadapi masalah
bagaimana mengakomodasi tuntutan Islam yang mana meliputi bantuan terhadap
lembaga-lembaga pendidikan Islam tanpa membahayakan terhadap stabilitas
politiknya.
Perlu diketahui muslim Filipina secara tradisional memerintah menduduki
pulau-pulau Mindanao, Sulu, dan Palawan termasuk sebagian manila dan
daerah-daerah pantai utara. Akan tetapi pada saat ini masyarakat muslim Filipina
berpusat di Filipina Selatan. Mereka mencakup 13 Provinsi yang berada di bawah
perundang-undangan 4 wilayah yang berbeda antara lain : Sulu, Tawi-Tawi,
basilan, dan Zamboanga del sur. Masuk dalam wilayah IX yaitu Lanau del Norte, Lanau
del Sur, Gotabato Utara, Maguindanao dan Sultan Gudarat, masuk dalam wilayah
XII yaitu Gotabato, Selatan dan Davao del Sur, masuk alam wilayah XI serta
palawan yang masuk wilayah IV-A[1].
Filipina merupakan Ibukota Manila, yang memiliki kota terbesarnya yaitu
kota Quezon, dan bahasa resmi dari Filipina yaitu Filiphino atau Tagalog dan
Bahasa Inggris. Total luas Geografis Filipina yaitu 300.000 km². Negara ini
terletak antara 116° 40' dan 126° 34' T. longitude, dan 4° 40' dan 21° 10' LU.
latitude. Di timur dia berbatasan dengan Laut Filipina, di barat
dengan Laut China Selatan, dan di selatan dengan Laut Sulawesi. Pulau Borneo terletak
beberapa ratus kilometer di barat daya dan Taiwan di utara. Maluku dan Sulawesi di selatan, dan
di timur adalah Palau.
Kepulauan ini dibagi menjadi tiga kelompok utama: Luzon (Region I sampai V
NCR & CAR), Visayas
(VI sampai VIII), dan Mindanao
(IX sampai XIII ARMM). Pelabuhan sibuk Manila, di Luzon, adalah ibu kota negara dan kota terbesar-kedua
setelah Kota Quezon.
Jumlah penduduk di Filipina menurut data tahun 2005 sekitar 87.857.473
yang mana mengalami kenaikan data sensus pada tahun 2000 dengan jumlah sebesar
76.498.735. pada tahun 2005 kepadatan penduduk di Filipina sekitar 293 jiwa/km2. Ini berdasarkan urutan ke 27 dari 194 daftar
negara[2].
Agama di Filipina di miliki oleh agama
katolik (85%), Kristen (5%), Islam (4%), dan agama lainnya (6%). Suku bangsanya yaitu dari Filipina,
Melayu, Spanyol, campuran antara Melayu-Spanyol, dan Moro Negrito. Berdasarkan
demografi macam-macam suku Filipina terbagi dalam beberapa suku yaitu Filipina atau Filipino
(80%), Tionghoa (10%), Indo-Arya (5%), bangsa Eropa dan Amerika (2%), Arab
(1%), lainnya (2%). Filipina dibagi
menjadi sebuah hirarki satuan pemerintah lokal (SPL) dengan provinsi sebagai satuan
utama. Filipina merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri atas 7.107
pulau. Di antara jumlah pulau tersebut terdapat dua pulau yang besar yaitu
Pulau Luzon (sebelah Utara) dan Pulau Mindanau (sebelah Selatan). Filipina
dibagi 3 grup pulau yaitu Luzon, Visayas
dan Mindanao. Kemudian dibagi
menjadi 17 Region, 80 Provinsi, 120 Kota, 1.511 Munisipalitas dan 42.008 distrik.
Seluruh provinsi dikelompokkan menjadi 17 Wilayah (Region)
untuk kemudahan administratif. Kebanyakan kantor pemerintah memiliki kantor regional
untuk melayani provinsi-provinsi di dalamnya. Wilayah ini tidak memiliki
pemerintahan lokal yang terpisah, kecuali Mindanao
Muslim dan Wilayah Administratif
Cordillera.
Pengaruh-pengaruh neo-kolonial. Seluruh penduduk warga Filipina di sebelah
barat daya berdasarkan proyeksi tahun 1975 adalah 5,3 juta jiwa, yang pada
umumnya dibagi dalam berbagai bentuk kebudayaan antara lain yaitu[3].
1) Migran internal yang asal-usul kebudayaannya di pulau Luzon dan pulau
Visayas diperkirakan berjumlah 2,2 juta jiwa.
2) Masyarakat Aseli yang seringkali dikenal sebagai golongan tradisionalatau
suku-suku gunung. Kelompok-kelompok ini memiliki adat kebiasaan cara berpakaian
dan tatanan nilai masing-masing dan mereka berhasil melestarikan kebudayaan
leluhur dan tradisi di Filipina. Mereka berpenduduk kurang lebih berjumlah 1,5
juta jiwa. Diantara masyarakat-masyarakat kebudayaan Aseli utama tersebut
adalah Bogobodan Bilaan of davao, Tibolidi Cobato Selatan: Tiruray dari Cobato
dan Subanon dari Zamboanga.
3) Warga Muslim Filipina di barat daya dibagi dalam 3 kelompok komunal dengan
taksiran penduduk seluruhnya 1,6 juta jiwa pada tahun 1975. Mereka digolongkan
berdasarkan bahasa kerabat. Kelompok-kelompok utama adalah Manguindanao dan
wilayah Cotabato: Maranos dari wilayah Lanao, dan Tausog dari Jolo serta Samal dari
Sulu dan Tawi-Tawi.
II.
SEJARAH ISLAM DI FILIPINA
Filipina terletak di antara Scijilla, Amerika dan
Charybdi Jepang, yang mana strategi sepenting-pentingnya di pasifik memutuskan
harapan untuk merebut kemerdekaan nasional. Filipina merupakan sebuah Negara kepulauan yang
mana Negara ini terdiri dari 7.107 pulau.
Tepatnya negara Republik Demokratis yang di atur dalam konstitusi 1987
konstitusi ini merupakan bagian dari persemakmuran konstitusi di Amerika
Serikat. Konstitusi banyak batasan yang dikuasai oleh Presiden sebagai
penjagaan sebagai pemerintahan yang otoriter. Pada tahun 1986 di Filipina tidak
akan ada people power. Karena jika
dilihat dari aspek kesejarahan, maka tampak jelas masyarakat Filipina anti
penindasan dan penjajahan. Akan tetapi mereka dengan berani dapat menentang
penjajah Spanyol, Amerika dan Jepang.
Masalahnya menjadi berbeda ketika pihak yang melakukan penindasan berasal
dari anggota bangsa sendiri. Yang mana menggunakan alasan sebagai kebutuhan
Negara akan sistem khusus yang berbeda dengan sistem barat atau kehasan dari
sistem sosial budaya beberapa penguasa berhasil melenggangkan kekuasaannya
melalui cara-cara yang membatasi kebebasan masyarakat. Kita bisa ambil contoh
seperti pada pemerintahan Soeharto berkuasa selama 32 tahun dan di Filipina
sendiri Ferdinand Marcos berkuasa selama 21 tahun. Dan mereka membatasi
gerak-gerik kebebasan pers, menerapkan UU darurat dan lain sebagainya. Selama rezim
otoriter berjalan khususnya rezim di bawah kekuasaan Marcos pemerintahan di
pegang dibawah kekuasaan militer yang mana rezim ini menjadi adikuasa terhadap
sistem kestabilan politik dan pemerintahan Filipina.
Filipina adalah sebuah gugusan kepulauan rumpun Melayu, yang mempunyai
berbagai macam bahasa daerah diantaranya adalah bahasa Mindanao, Inggris dan
Tagalog (Bahasa Nasional Filipina). Bahkan bahasa melayu sebelum datangnya
bangsa spanyol di Filipina merupakan bahasa politik yang resmi disanad an jadi lingua franca di pulau-pulau yang tak
kurang dari 2000 di sana. Akan tetapi politik devade et impera bangsa Spanyol
membunuh bahasa tersebut. Sebelum kedatangan bangsa Spanyol tahun 1565, Filipina
adalah Negara muslim dengan populasi muslim mencapai 98% dan masuk wilayah
Kesultanan Brunei.
Awal nama ibukota Filipina adalah Amanillah yang diartikan sebagai kota
yang aman dibawah perlindungan Allah SWT. Semua syariat Islam sudah mulai
berjalan di Negara ini. Akan tetapi taqdir berkehendak beda Filipina di jajah
oleh Spanyol dan semua berubah dengan singkat. Yang mana semulanya Filipina
ingin menjadikannya negara Islam yang terbesar di Asia Tenggara akan tetapi
berbalik 360O menjadi minoritas negara muslim.
Sepanjang masa 265 tahun, Filipina merupakan koloni Kerajaan
Spanyol (1565-1821) dan selama 77 tahun
berikutnya diangkat menjadi provinsi
Spanyol (1821-1898). Filipina di kuasai
oleh Spanyol pada tahun 1565 dengan target sasaran yaitu Gold, Glory dan
Gospel, yang artinya adalah Penjajahan, dan memberi nama Philipina sesuai nama
raja mereka Raja Philipe yang kemudian dijadikan nama-nama pulau di sana. Tahun
1569 kota Amanillah direbut oleh Spanyol dan membantai penduduknya, kemudian
dengan berbagai macam ancaman kekerasan dan pemaksaan Spanyol berhasil
melakukan Kristenisasi wilayah Filipina
Utara dan Tengah[4].
Bahkan raja Philip itu pun memerintahkan kepada staf-staf angkatan lautnyanya
untuk menaklukkan pulau-pulau itu dan mengganti agama penduduknya menjadi agama
katolik.
Bangsa Filipina yang tidak rela terhadap kristenisasi yang dilakukan oleh
bangsa Spanyol tidak diam sampai disitu, mereka pergi ke selatan Filipina
dengan maksud mendirikan minoritas Islam yang ingin melawan penjajah Spayol
dengan penuh kekuatan dan geriliyanya. Hingga bangsa Spanyol menamai mereka
dengan nama “Orang Moro” yang mana diambil lewat nama bangsa arab spanyol yang
beragama Islam yang mana dahulu pernah menguasai Andalusia yang dinamai “Moor”.
Yang mempunyai arti tidak bertuhan, buta huruf, dan jahat.
Sejak bangsa Spanyol masuk di Filipina korban pertama dari kolonial ini
adalah Negara muslim manilad. Namun, perlawanan muslim mengorganisasi diri di
selatan di pulau-pulau Palawan, Sulu, dan Mindanao. Pulau ini merupakan pusat
persatuan Negara muslim merdeka Sulu. Spanyol tidak pernah dapat menaklukkan
Negara ini walaupun perang terus berjalan.
Tak sanggup Spanyol memasuki wilayah Filipina secara keseluruhan, akhirnya
pada tahun 1896 Presiden McKinley dari AS memutuskan untuk menduduki Filipina
yang mana bertujuan untuk meng-kristenkan dan membudayakan sebagaimana ia
ajukan. Pada tahun 1899 Amerika berhasil menjatuhkan jajahan Spanyol dan muslim
Sulu melawan akan tetapi semua ini sia-sia, Amerika cukup kuat dibandingkan
dengan bangsa Spanyol, akhirnya Sulu jatuh ke tangan Amerika pada tahun 1914. Disini
bangsa moro yang mayoritas muslim di Filipina jatuh ke tentara non-muslim dan
kehilangan kemerdekaannya. Pada 11 maret 1915, Raja (Sultan) muslim dipaksa
turun tahta, tetapi masih diakui sebagai ketua komunita muslim. Hanya 1940 Amerika
menggabungkan bangsa Moro ke Filipina dan menghapuskan kesultanan Sulu.
Bangsa moro yang awalnya hanya beragama Islam setelah masuknya Amerika
akhirnya berbaur menjadi perkumpulan bukan hanya Islam melainkan ada agama
Kristen katolik. Moro disini sudah tidak alami, Moro pun tahun 1940 telah
memperoleh kemerdekaan dari Amerika. Akan tetapi misi peng-kristenan yang
terjadi di sebelah utara oleh bangsa Spanyol terus berlangsungsehingga banyak
muslim yang terbunuh disana. Semua ini merupakan dukungan dari AS, AS pun
menyempurnakan Moro dengan membuka imigrasi orang-orang Kristen dari utara. Dan
akhirnya bangsa moro menguasai separuh daerah kepulauan itu. Lambat laun sampai
tahun 1939 semua ini tumbuh dan lebih di dorong oleh Filipina merdeka. Dari
sini orang muslim banyak yang terbunuh, desa-desa banyak yang di bakar, dan
tanah-tanah mereka banyak yang di jadikan gereja.
Amerika pun menguasai daerah wilayah Mindanao dan ingin bertekad ingin
menjadikan negara boneka di Filipina. Perang Filipina dengan Amerika yang tiga
tahun lamanya (1898-1901) tak membuahkan hasil. Pada awalnya sebelum kedatangan
bangsa Amerika bangsa Filipina sudah dapat menunjukan nasionalis besar seperti
Dr. Rizal (yang ditembak spanyol dari belakang) dan seorang organisator,
Bonaficio, seorang diplomat Mahbini dan panglima perang Luna serta Aquinaldo.[5] Kemudian
dengan tegasnya dari bangsa Moro (orang muslim Filipina) membuat petisi yang
berisi: meminta agar wilayah Mindanao dan pulau-pulau disekitarnya agar dijauhi
oleh orang-orang Filipina kristen. Karena haram orang kristen memimpin orang
muslim.
Dari pemerintah Amerika pun tidak tinggal diam mereka bersikukuh membuat
negara Filipina Mereka dan menjadi negara boneka Amerika Serikat di wilayah
Asia Tenggara yang terbentang dari pulau Luzon sampai daerah Mindanao di
selatan Filipina. Dan pada tahun 1964 terjadilah pemberontakan Moro yaitu Islam
Filipina yang tertindas dengan negara Bonekanya Amerika Serikat. Perjuangan ini
dipimpin oleh front Pembebasan Nasional Moro / Moro National Liberation Front (MNLF) di atas Pimpinan Profesor Misuari. Muslim
telah menderita, Filipina telah mencoba menghancurkan keinginan muslim untuk
bertahan dan hidup terhormat sebagai muslim. Sejumlah desa muslim di bumi
hanguskan banyak pengungsi muslim melarikan diri ke sabah (Malaysa). OKI dan
Libya memainkan juru pisah antara Filipina dengan Front Pembebasan Nasional
Moro. Namun pemerintah Filipina tidak akan menemukan titik pencerahan terhadap
muslim. Sehingga terjadilah peperangan yang besar dari maret 1968-1982 lebih
dari seratus ribu orang sipil muslim di bunuh oleh tentara Filipina, tiga ratus
ribu rumah orang muslim di hancurkan, dan lebih dari lima puluh desa, kota
kecil dan besar di bumi hanguskan termasuk Ibukota tua muslim, Jolo.[6]
Islam dan Pemerintahan
Pemerintah Filipina mengikuti Pemerintah Amerika Serikat. Dia ditata
sebagai sebuah republik,
di mana Presiden
berfungsi sebagai kepala negara,
kepala
pemerintahan, dan Panglima Tertinggi angkatan bersenjata.
Presiden dipilih dalam pemilu untuk masa jabatan 6 tahun, dan memilih dan
mengepalai kabinet.
Dewan Legislatif Filipina
mempunyai dua kamar: Kongres terdiri dari Senat
dan Dewan
Perwakilan; anggota keduanya dipilih oleh pemilu. Ada 24 senator
yang menjabat selama 6 tahun di Senat, sedangkan Dewan Perwakilan terdiri dari
tidak lebih dari 250 anggota kongres yang melayani selama 3 tahun. Cabang
yudikatif pemerintah dikepalai oleh Mahkamah
Agung, yang memiliki seorang Ketua
Mahkamah Agung sebagai kepalanya dan 14 Hakim Agung, semuanya
ditunjuk oleh Presiden.
Filipina merupakan anggota
aktif dari PBB
sejak penerimaannya pada 24 Oktober
1945. Filipina juga
merupakan negara pendiri ASEAN, dan merupakan pemain aktif dalam APEC, Uni Latin dan anggota dari
Group 24. Filipina juga
merupakan sekutu Amerika
Serikat, tetapi juga merupakan anggota dari Gerakan Non-Blok.
Filipina bersengketa dengan Republik Cina (Taiwan), Republik
Rakyat Cina, Vietnam,
dan Malaysia atas minyak dan gas alam di Kepulauan Spratly dan Scarborough Shoa, dan
dengan Malaysia atas Sabah. Sultan Sulu yang
menerima Sabah sebagai hadiah pada 1703 setelah menolong Sultan Brunei mengalahkan
pemberontak, telah memberikan Pemerintah Filipina kuasa untuk mengklaim
wilayahnya yang hilang. Sampai saat ini, keluarga Sultan Sulu masih menerima
pembayaran "sewa" untuk Sabah dari Pemerintah Malaysia.
Islam dan Partai politik
Filipina
memiliki sistem
multi-partai dengan banyak partai politik, di mana tidak ada satu partai
sering memiliki kesempatan mendapatkan kekuasaan saja, dan pihak-pihak harus
bekerja dengan satu sama lain untuk membentuk pemerintahan koalisi. Ada dua jenis partai di Filipina
dan ini adalah: partai-partai besar, yang sesuai biasanya untuk partai politik
tradisional, dan partai-partai kecil atau daftar organisasi partai, yang
mengandalkan partai yang terdaftar pada sistem pemilu untuk
memenangkan kursi Kongres dengan cara koalisi.
Pengaruh partai di Filipina masyarakat adalah sangat jelas, terutama setelah Revolusi
Kekuatan Rakyat , yang telah memimpin negeri ini untuk memilih dua
presiden dari partai, yaitu Fidel V.
Ramos (seorang Kristen Injili) dan Gloria
Macapagal-Arroyo (seorang Katolik Roma).
Ada tiga jenis partai yang maju pada pemilu 2010 kemarin. Partainya yaitu,
Dominan partai mayoritas (Lakas-Kampi), Dominan minoritas partai (Liberal), dan
Enam partai besar seperti Koalisi Rakyat Nasionalis (NPC), Partai Nacionalista
(NP), pwersa ng masang Pilipino (PMP), Laban ng Pilipino Demokratikong
(LDP), Bagong Kilusang Lipunan (KBL), Partido Demokratiko Pilipino-Lakas ng
Bayan (PDP-Laban).[7]
Partai mayoritas (lakas-kampi) mempunyai ideology yang sangat dipengaruhi
oleh Kristen, demokrasi Islam, dan populisme. Pimpinan dari partai ini yaitu
Gloria Mascapagal Arroyo. Dan partai selanjutnya yaitu partai liberal yang
mempunyai ideology liberalism social. Partai ini dipimpin oleh Noynoy Aquino dan ia adalah mantan Senator dari Filipina. Ia adalah putra dari mantan Senator Gerry Roxas , dan cucu mantan Presiden Manuel Roxas dan industrialis J. Amado Araneta.
Dan partai yang tertua di Filipina yaitu partai nacionalista. Partai
Nacionalista merupakan partai berkuasa dari 1935-1944 (di bawah Presiden Manuel Quezon ), 1944-1946 (di bawah Presiden Sergio Osmena ), 1953-1957 (di bawah Presiden Ramon Magsaysay ), 1957-1961 (Di bawah Presiden
Carlos P. Garcia ), dan 1965-1978 (bawah
Presiden Ferdinand Marcos ). Partai ini mempunyai basis
yang lumayan besar, ia bertanggung jawab memimpin Filipina pada abad 20 an
sejak didirikan pada tahun 1907. Partai ini dijadikan kendaraan pada masa
kemerdekaan melalui Negara-negara modern dan melalui advokasi kekuasaan yang
efisien.
Islam dan komunitas politik
Sekitar tiga juta muslim di terlantarkan di Sabah (Malaysa) dan ratusan
ribu hidup dalam kesengsaraan di Manila. Banyak sekolah, Taman, Masjid, yang di
luluh lantahkan. Dan tentara di Filipina di perbesar menjadi tiga ratus
ribu pada tahun 1972. Menurut data pada
tahun 1982 ada sekitar 6.250.000 muslim di Filipina (12% penduduk) muslim
merupakan di tiga belas provinsi dan telah mendapat persetujuan bahwa
pulau-pulau ini merupakan bagian otonom bagi bangsa Moro. Akan tetapi
pemerintah hanya mengakui bahwa muslim mayoritas hanya di Tawi-Tawi, Sulu,
Basilan, Manguindanao, dan Lanao Sur. Dan ia juga berpendapat bahwa muslim
kurang dari 50% di zambuanga del Sur, Kotabato Utara dan Sultan Kudarat. Sbenarnya
Muslim besar terdapat di Mindanao, dan manila. Banyak orang Kristen yang pindah
ke Islam di sini saat keadaan perang. Luas tanah Islam disini sekitar 117.000
km2 dari jumlah seluruh Filipina 289.000 Km2. Muslim
disini terdiri dari beberapa kelompok etnis yang terpenting adalah Tausug,
(Basilan, Sulu, Tawi-Tawi) dan Manguindanao (Lanao del Sur).
Ada tiga ribu masjid di Filipina, terutama di selatan. Kota Mawi dan Jolo
dapat dianggap sebagai pusat keagamaan komunitas muslim. Kitab suci di sini
juga telah diterjemahkan dalam bahasa Maranao oleh Dr. Ahmad Domocao Alonto
yaitu bahasa yang paling umum di kalangan muslim. Dan semua itu disponsori oleh
Institud Studi Islam, Universitas Muslim Filipina di kota Marawai. Terdapat
sekitar seribu sekolah muslim yang tersebar di seluruh negeri khusus untuk
latihan Imam dan pembaca al-Qur’an. Di Universitas ini terdapat lima ribu
mahasiswa akan tetapi semua di tutup ketika terjadi perang disini.
Muslim disini kebanyakan petani dan nelayan, jumlah lulusan universitas disini
hanya sekitar lima belas ribu orang. Asosiasi Islam yang paling aktif adalah
asosiasi Muslim Filipina (Manila), Ansar al-Islam (Kota Marawi), Masyarakat
Islam Mualaf (Manila), dan yayasan Islam Sulu (Jolo).[8]
Dalam struktur komunitas muslim, Filipina kurang
mendukung tercapainya perjuangan otonomi. Fakta yang paling menonjol adalah
kelangkaan suatu organisasi yang dapat menjangkau umat Islam secara nasional.
Ada suatu lembaga nasional di Filipina seperti Lembaga dakwah Islam di Filipina
(The Islamic Da’wah Council of the
Philippine) yang mana bertujuan untuk mempersatukan organisasi-organisasi
muslim di utara dan selatan. lembaga organisasi Islam ini memang telah bertaraf
nasional, Sayangnya lembaga ini kurang memiliki kekuatan atau pengaruh yang
penting terhadap seluruh komunitas muslim di Filipina.
Jika kita liat, semua ini bisa disebabkan karena
komunitas Islam di Filipina berdiri secara otonom dan memiliki pemimpin
sentralnya sendiri-sendiri. Semua ini juga tidak hanya dilatar belakangi oleh
etnik dan bahasa saja, akan tetapi ini semua juga di latar belakangi oleh
faktor sejarah yang memainkan pengaruh yang sangat penting. Dan faktor
kesultanan di wilayah selatan seperti terlihat pada sultan dan datu, yang mana
masing-masing memegang kekuasaan sendiri-sendiri. Andai umat Islam bias bersatu
padu tidak dengan sendiri-sendiri umat Islam tidak dapat dipecah belah.
Islam dan Parlemen
Politik Filipina berlangsung dalam kerangka terorganisir dari presiden, perwakilan, dan demokratis republik dimana presiden adalah baik kepala negara dan kepala pemerintahan dalam platform sistem multi partai . Sistem ini berkisar
sekitar tiga tahun dan berdaulat dengan saling tergantung cabang terpisah:
legislatif (cabang hukum membuat tubuh), eksekutif (cabang hukum menegakkan
tubuh), dan peradilan (cabang hukum menafsirkan tubuh). yang Eksekutif daya dilaksanakan oleh pemerintah di bawah kepemimpinan presiden. Kekuasaan legislatif diberikan pada pemerintah
baik dan-ruang kongres dua-the Senat (majelis tinggi) dan Dewan Perwakilan (majelis
rendah). Yudisial kekuasaan dipegang di pengadilan dengan Mahkamah Agung Filipina sebagai badan
peradilan tertinggi.
Islam dan Civil society
Proses sosialisasi yang dilakukan penguasa bahwa HAM tidak sesuai dengan
sistem budaya membuat sebagian masyarakat percaya bahwa HAM tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa. Perasaan heran mengapa rakyat Filipina sebelum people power bisa menerima tindakan
sewenang-wenang dari marcos misalnya apa yang diungkapkan oleh Bautista:
Apa yang membuat rakyat Filipina masa kini menjadi sedemikian
berbeda dengan kesepuluh datuk yang berani melawan kelaliman, demikian berbeda
dengan para pemimpin yang melakukan lebih dari 300 pemberontaka semasa penjahan
Spanyol sehingga berhasil mengalahkan mereka dalam suatu revolusi, demikian
berbeda dengan arah patriot yang menentang Amerika dan pendudukan jepang
sekalipun menghadapi pembatantaian sampai ratusan ribu jumlahnya.[9]
Hal
krusial yang menjadi persoalan penegakan HAM adalah problem politik. Seringkali
muncul alasan-alasan stabilitas politik dalam negeri untuk memacu pertumbuhan
ekonomi sehingga suau Negara menetapkan sistem otoriter. Pada tingkat realitas
asumsi bahwa demokrasi dan HAM akan parallel dengan kesejahteraan ekonomi
memang tidak selalu benar. Ada hal yang harus disadari bahwa penegakan HAM dan
Demokrasi memang bukan panacea (Obat
dari segala macam obat). Banyak kritik terhadap implementasi demokrasi, bias
ambil contoh dari Negara Filipina sendiri. Konflik di Filipina yang tak kunjung
usai sehingga pencapaian tujuan penegakan HAM dan sistem Demokrasi untuk
kesejahteraan terkesan lambat. Semua ini belum menjadi hal yang nyata bagi
suatu Negara.
Perkembangan Filipina
Filipina telah pulih dari
periode panjang stagnasi ekonomi sejak krisis utang luar negeri 1983 dan salah
urus ekonomi kediktatoran Marcos. Perkembangan perekonomian berkelanjutan dalam
beberapa tahun terakhir diharapkan dapat meringankan negara dari siklus
boom-bust berulang yang ditandai pembangunan di Filipina sejak Perang Dunia II.
Telah terjadi penurunan pengeluaran sosial progresif di Filipina sejak
awal penyesuaian struktural pada awal tahun 1980. Sementara pembayaran utang
menikmati alokasi otomatis dari anggaran nasional, pelayanan dasar peringkat
lebih rendah seperti pendanaan, prioritas. Pemerintahan baru, bagaimanapun,
telah membuat pengentasan kemiskinan prioritas nomor satu. Pendidikan,
kesehatan, perumahan, air dan sanitasi, dan infrastruktur cepat diprivatisasi.
reformasi tanah, sekali dinyatakan sebagai program pusat, telah agak
rnarginalized, dan tetap belum selesai. Kejahatan dan kekerasan yang meluas dan
meningkat. Warga umumnya sinis politisi dan pegawai negeri dan sudah sangat
menganggap rendah untuk yang kedua ini kapasitas dan integritas untuk
memberikan janji-janji mereka.
Pada catatan positif, negara ini adalah yang pertama untuk membentuk dewan
nasional untuk pembangunan berkelanjutan di bangun dari KTT Bumi 1992. Dewan Filipina
untuk Pembangunan Berkelanjutan (PCSD) diketuai oleh Otoritas Pengembangan
Ekonomi Nasional membawa bisnis masyarakat sipil, / buruh dan pemerintah ke
meja yang sama dalam berusaha untuk menyelaraskan rencana pembangunan di negara
dengan Agenda 21 Filipina visi pembangunan berkelanjutan. Dalam konteks ini,
pembangunan berkelanjutan bergerak di luar bidang sempit konservasi lingkungan
untuk memeluk pembangunan di tujuh tingkat: manusia, spiritual, sosial, budaya,
politik, ekonomi dan ekologi.
Perdamaian MNLF dengan pemerintah Filipina sampai saat ini telah
berlangsung. Ini bukan merupakan soal domestic lagi akan tetapi konflik ini
sudah merupakan soal internasional yang harus di selesaikan. Pada tahun 2007
perdamaian ini telah di lakukan di Jeddah, tahun 2008 di laksanakan di Istanbul
(Turki), tahun 2009 di Manila dan pada tahun tahun 2010 telah di laksanakan di
Indonesia.
Mengutip dari anggota delegasi Indonesia Andhika Bambang Supeno yang
menjelaskan pada BBC perundingan ini sekarang berfokus pada amandemen UU
Republik No. 9054 yang mengatur provinsi otonom Mindanao. Dari 36 usulan
perubahan yang di ajukan MNLF, pemerintah Filipina sudah menyetujui 33 butir
persetujuan. Jai ada tiga butir persetujuan lagi yang belum di setujui dan
semua ini harus di selesaikan sampai tanggal 24 Februari 2011.
Menurut Andhika tiga masalah yang perlu diselesaikan kedua pihak
menyangkut persoalan penting. "Pertama mengenai perluasan Provinsi Otonomi
Muslim Mindanao. Pihak Moro menuntut adanya referendum di 15 propinsi dan 13
kota," kata Andhika. Isu kedua menyangkut pembagian hasil kekayaan alam
termasuk pajak. "Saat ini pembagiannya 50% - 50%. MNLF menuntut
pembagiannya 70% untuk pihaknya dan 30% untuk pemerintah pusat Filipina. Mereka
menginginkan seperti di Aceh namun pemerintah Filipina tetap pada pembagian
50%-50%," lanjut Andhika. Sedangkan, masalah ketiga adalah mengenai
pemerintahan transisi. "MNLF menuntut pemilu bulan Agustus tahun 2011
ditunda untuk waktu satu sampai lima tahun," [10]
Akan tetapi perundingan ini saya belum dapat menemukan
datanya lebih lanjut. Penyelesaian pada tahap ini memang sulit karena pihak
pemerintah berat untuk menyetujuinya perundingan 3 butir ini, sebab menyangkut
persoalan legalitas. Dan perundingan intensif di Oslo, juru runding Filipina dan sayap politik
tentara Komunis Rakyat Baru menyatakan akan mengakhiri permusuhan Juni 2013.
Ketua panel pemerintah Alex
Padilla mengatakan dalam 18 bulan mendatang semua kemungkinan untuk reformasi
ekonomi, sosial dan politik akan dibahas. Meskipun jalan menuju perdamaian ini
merupakan satu kemajuan namun semua pihak menganggap proses ini tidak akan
mudah.
Penutup
Filipina merupakan negara yang cukup kuat dalam suatu perjalanannya. Dari
masa kemerdekaannya yang merupakan mayoritas muslim terbesar di Asia Tenggara
sampai masa minoritas Muslim di Asia Tenggara ia tetap mempunyai pendirian
untuk menjadi negara muslim terbesar. Penjajahan demi penjajahan ia telah
lewati dari masuknya spanyol yang telah
merubah pemikirannya menjadi muslim yang minoritas ditambah lagi kekuatan Amerika
yang mencoba bermain kekuasaan di Filipina.
Filipina juga merupakan Negara minotitas muslim yang mempunyai tekad untuk
merdeka dari tangannya sendiri tanpa meminta atau memelas kasih dari kolonial
penjajah. Ia berusaha sekuat mungkin untuk merdeka. Akan tetapi persaudaraan
mereka menjadi adikuasa oleh para kolonial Spanyol dan Amerika Serikat. Bahkan
sampai sekarang Filipina masih di ambang kegundahan terhadap masalah MNLF dan
GRP.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik. Tradisi dan
Kebangkitan Islam di Asia Tenggara. Jakarta: LP3ES, 1988
Diamond, Lary (penyunting). Revolusi
Demokrasi: Perjuangan Untuk Kebebasan dan Pluralisme di Negara Berkembang.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993
Kentani, Ali. Minoritas Muslim di
Dunia Dewasa ini. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005
Malaka, Tan. Massa Aksi.
Jakarta: Komunitas Bambu, 2000
Terjemahan Partai di Filipina dalam
[2]
http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_kepadatan_penduduk
[4]
http://spiritofbeyond1453.blogspot.com/2011/01/Islam-di-Filipina-sebuah-fakta-sejarah.html
[9] Lihat fellix B.Bautista, Pers Alternatif Filipina, dan Tumbangnya Seorang Diktator, dalam
Lary Diamond (penyunting), Revolusi
Demokrasi: Perjuangan untuk kebebasan dan Pluralisme di Negara Berkembang,
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993), h. 199
Tidak ada komentar:
Posting Komentar