Pemilu RW

Pemilu RW

Jumat, 18 Mei 2012

Politik Islam di Filiphina


I.     PENDAHULUAN
Sebagai salah satu Negara yang mayoritas penduduknya Kristen. Banyak sejarah yang Filipina ukir dalam perjalanannya, seperti mengahadapi masalah bagaimana mengakomodasi tuntutan Islam yang mana meliputi bantuan terhadap lembaga-lembaga pendidikan Islam tanpa membahayakan terhadap stabilitas politiknya.
Perlu diketahui muslim Filipina secara tradisional memerintah menduduki pulau-pulau Mindanao, Sulu, dan Palawan termasuk sebagian manila dan daerah-daerah pantai utara. Akan tetapi pada saat ini masyarakat muslim Filipina berpusat di Filipina Selatan. Mereka mencakup 13 Provinsi yang berada di bawah perundang-undangan 4 wilayah yang berbeda antara lain : Sulu, Tawi-Tawi, basilan, dan Zamboanga del sur. Masuk dalam wilayah IX yaitu Lanau del Norte, Lanau del Sur, Gotabato Utara, Maguindanao dan Sultan Gudarat, masuk dalam wilayah XII yaitu Gotabato, Selatan dan Davao del Sur, masuk alam wilayah XI serta palawan yang masuk wilayah IV-A[1].
Filipina merupakan Ibukota Manila, yang memiliki kota terbesarnya yaitu kota Quezon, dan bahasa resmi dari Filipina yaitu Filiphino atau Tagalog dan Bahasa Inggris. Total luas Geografis Filipina yaitu 300.000 km². Negara ini terletak antara 116° 40' dan 126° 34' T. longitude, dan 4° 40' dan 21° 10' LU. latitude. Di timur dia berbatasan dengan Laut Filipina, di barat dengan Laut China Selatan, dan di selatan dengan Laut Sulawesi. Pulau Borneo terletak beberapa ratus kilometer di barat daya dan Taiwan di utara. Maluku dan Sulawesi di selatan, dan di timur adalah Palau. Kepulauan ini dibagi menjadi tiga kelompok utama: Luzon (Region I sampai V NCR & CAR), Visayas (VI sampai VIII), dan Mindanao (IX sampai XIII ARMM). Pelabuhan sibuk Manila, di Luzon, adalah ibu kota negara dan kota terbesar-kedua setelah Kota Quezon.
Jumlah penduduk di Filipina menurut data tahun 2005 sekitar 87.857.473 yang mana mengalami kenaikan data sensus pada tahun 2000 dengan jumlah sebesar 76.498.735. pada tahun 2005 kepadatan penduduk di Filipina sekitar 293 jiwa/km2.  Ini berdasarkan urutan ke 27 dari 194 daftar negara[2].  Agama di Filipina di miliki oleh agama katolik (85%), Kristen (5%), Islam (4%), dan agama lainnya (6%). Suku bangsanya yaitu dari Filipina, Melayu, Spanyol, campuran antara Melayu-Spanyol, dan Moro Negrito. Berdasarkan demografi macam-macam suku Filipina terbagi dalam beberapa suku yaitu Filipina atau Filipino (80%), Tionghoa (10%), Indo-Arya (5%), bangsa Eropa dan Amerika (2%), Arab (1%), lainnya (2%). Filipina dibagi menjadi sebuah hirarki satuan pemerintah lokal (SPL) dengan provinsi sebagai satuan utama. Filipina merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri atas 7.107 pulau. Di antara jumlah pulau tersebut terdapat dua pulau yang besar yaitu Pulau Luzon (sebelah Utara) dan Pulau Mindanau (sebelah Selatan). Filipina dibagi 3 grup pulau yaitu Luzon, Visayas dan Mindanao. Kemudian dibagi menjadi 17 Region, 80 Provinsi, 120 Kota, 1.511 Munisipalitas dan 42.008 distrik.
Seluruh provinsi dikelompokkan menjadi 17 Wilayah (Region) untuk kemudahan administratif. Kebanyakan kantor pemerintah memiliki kantor regional untuk melayani provinsi-provinsi di dalamnya. Wilayah ini tidak memiliki pemerintahan lokal yang terpisah, kecuali Mindanao Muslim dan Wilayah Administratif Cordillera.
Pengaruh-pengaruh neo-kolonial. Seluruh penduduk warga Filipina di sebelah barat daya berdasarkan proyeksi tahun 1975 adalah 5,3 juta jiwa, yang pada umumnya dibagi dalam berbagai bentuk kebudayaan antara lain yaitu[3].
1)     Migran internal yang asal-usul kebudayaannya di pulau Luzon dan pulau Visayas diperkirakan berjumlah 2,2 juta jiwa.
2)     Masyarakat Aseli yang seringkali dikenal sebagai golongan tradisionalatau suku-suku gunung. Kelompok-kelompok ini memiliki adat kebiasaan cara berpakaian dan tatanan nilai masing-masing dan mereka berhasil melestarikan kebudayaan leluhur dan tradisi di Filipina. Mereka berpenduduk kurang lebih berjumlah 1,5 juta jiwa. Diantara masyarakat-masyarakat kebudayaan Aseli utama tersebut adalah Bogobodan Bilaan of davao, Tibolidi Cobato Selatan: Tiruray dari Cobato dan Subanon dari Zamboanga.
3)     Warga Muslim Filipina di barat daya dibagi dalam 3 kelompok komunal dengan taksiran penduduk seluruhnya 1,6 juta jiwa pada tahun 1975. Mereka digolongkan berdasarkan bahasa kerabat. Kelompok-kelompok utama adalah Manguindanao dan wilayah Cotabato: Maranos dari wilayah Lanao, dan Tausog dari Jolo serta Samal dari Sulu dan Tawi-Tawi.  
II.      SEJARAH ISLAM DI FILIPINA
Filipina terletak di antara Scijilla, Amerika dan Charybdi Jepang, yang mana strategi sepenting-pentingnya di pasifik memutuskan harapan untuk merebut kemerdekaan nasional. Filipina merupakan sebuah Negara kepulauan yang mana Negara ini terdiri dari 7.107 pulau. Tepatnya negara Republik Demokratis yang di atur dalam konstitusi 1987 konstitusi ini merupakan bagian dari persemakmuran konstitusi di Amerika Serikat. Konstitusi banyak batasan yang dikuasai oleh Presiden sebagai penjagaan sebagai pemerintahan yang otoriter. Pada tahun 1986 di Filipina tidak akan ada people power. Karena jika dilihat dari aspek kesejarahan, maka tampak jelas masyarakat Filipina anti penindasan dan penjajahan. Akan tetapi mereka dengan berani dapat menentang penjajah Spanyol, Amerika dan Jepang.
Masalahnya menjadi berbeda ketika pihak yang melakukan penindasan berasal dari anggota bangsa sendiri. Yang mana menggunakan alasan sebagai kebutuhan Negara akan sistem khusus yang berbeda dengan sistem barat atau kehasan dari sistem sosial budaya beberapa penguasa berhasil melenggangkan kekuasaannya melalui cara-cara yang membatasi kebebasan masyarakat. Kita bisa ambil contoh seperti pada pemerintahan Soeharto berkuasa selama 32 tahun dan di Filipina sendiri Ferdinand Marcos berkuasa selama 21 tahun. Dan mereka membatasi gerak-gerik kebebasan pers, menerapkan UU darurat dan lain sebagainya. Selama rezim otoriter berjalan khususnya rezim di bawah kekuasaan Marcos pemerintahan di pegang dibawah kekuasaan militer yang mana rezim ini menjadi adikuasa terhadap sistem kestabilan politik dan pemerintahan Filipina.
Filipina adalah sebuah gugusan kepulauan rumpun Melayu, yang mempunyai berbagai macam bahasa daerah diantaranya adalah bahasa Mindanao, Inggris dan Tagalog (Bahasa Nasional Filipina). Bahkan bahasa melayu sebelum datangnya bangsa spanyol di Filipina merupakan bahasa politik yang resmi disanad an jadi lingua franca di pulau-pulau yang tak kurang dari 2000 di sana. Akan tetapi politik devade et impera bangsa Spanyol membunuh bahasa tersebut. Sebelum kedatangan bangsa Spanyol tahun 1565, Filipina adalah Negara muslim dengan populasi muslim mencapai 98% dan masuk wilayah Kesultanan Brunei.
Awal nama ibukota Filipina adalah Amanillah yang diartikan sebagai kota yang aman dibawah perlindungan Allah SWT. Semua syariat Islam sudah mulai berjalan di Negara ini. Akan tetapi taqdir berkehendak beda Filipina di jajah oleh Spanyol dan semua berubah dengan singkat. Yang mana semulanya Filipina ingin menjadikannya negara Islam yang terbesar di Asia Tenggara akan tetapi berbalik 360O menjadi minoritas negara muslim.
Sepanjang masa 265 tahun, Filipina merupakan koloni Kerajaan Spanyol (1565-1821) dan selama 77 tahun berikutnya diangkat menjadi provinsi Spanyol (1821-1898). Filipina di kuasai oleh Spanyol pada tahun 1565 dengan target sasaran yaitu Gold, Glory dan Gospel, yang artinya adalah Penjajahan, dan memberi nama Philipina sesuai nama raja mereka Raja Philipe yang kemudian dijadikan nama-nama pulau di sana. Tahun 1569 kota Amanillah direbut oleh Spanyol dan membantai penduduknya, kemudian dengan berbagai macam ancaman kekerasan dan pemaksaan Spanyol berhasil melakukan Kristenisasi wilayah Filipina Utara dan Tengah[4]. Bahkan raja Philip itu pun memerintahkan kepada staf-staf angkatan lautnyanya untuk menaklukkan pulau-pulau itu dan mengganti agama penduduknya menjadi agama katolik.     
Bangsa Filipina yang tidak rela terhadap kristenisasi yang dilakukan oleh bangsa Spanyol tidak diam sampai disitu, mereka pergi ke selatan Filipina dengan maksud mendirikan minoritas Islam yang ingin melawan penjajah Spayol dengan penuh kekuatan dan geriliyanya. Hingga bangsa Spanyol menamai mereka dengan nama “Orang Moro” yang mana diambil lewat nama bangsa arab spanyol yang beragama Islam yang mana dahulu pernah menguasai Andalusia yang dinamai “Moor”. Yang mempunyai arti tidak bertuhan, buta huruf, dan jahat.
Sejak bangsa Spanyol masuk di Filipina korban pertama dari kolonial ini adalah Negara muslim manilad. Namun, perlawanan muslim mengorganisasi diri di selatan di pulau-pulau Palawan, Sulu, dan Mindanao. Pulau ini merupakan pusat persatuan Negara muslim merdeka Sulu. Spanyol tidak pernah dapat menaklukkan Negara ini walaupun perang terus berjalan.
Tak sanggup Spanyol memasuki wilayah Filipina secara keseluruhan, akhirnya pada tahun 1896 Presiden McKinley dari AS memutuskan untuk menduduki Filipina yang mana bertujuan untuk meng-kristenkan dan membudayakan sebagaimana ia ajukan. Pada tahun 1899 Amerika berhasil menjatuhkan jajahan Spanyol dan muslim Sulu melawan akan tetapi semua ini sia-sia, Amerika cukup kuat dibandingkan dengan bangsa Spanyol, akhirnya Sulu jatuh ke tangan Amerika pada tahun 1914. Disini bangsa moro yang mayoritas muslim di Filipina jatuh ke tentara non-muslim dan kehilangan kemerdekaannya. Pada 11 maret 1915, Raja (Sultan) muslim dipaksa turun tahta, tetapi masih diakui sebagai ketua komunita muslim. Hanya 1940 Amerika menggabungkan bangsa Moro ke Filipina dan menghapuskan kesultanan Sulu.
Bangsa moro yang awalnya hanya beragama Islam setelah masuknya Amerika akhirnya berbaur menjadi perkumpulan bukan hanya Islam melainkan ada agama Kristen katolik. Moro disini sudah tidak alami, Moro pun tahun 1940 telah memperoleh kemerdekaan dari Amerika. Akan tetapi misi peng-kristenan yang terjadi di sebelah utara oleh bangsa Spanyol terus berlangsungsehingga banyak muslim yang terbunuh disana. Semua ini merupakan dukungan dari AS, AS pun menyempurnakan Moro dengan membuka imigrasi orang-orang Kristen dari utara. Dan akhirnya bangsa moro menguasai separuh daerah kepulauan itu. Lambat laun sampai tahun 1939 semua ini tumbuh dan lebih di dorong oleh Filipina merdeka. Dari sini orang muslim banyak yang terbunuh, desa-desa banyak yang di bakar, dan tanah-tanah mereka banyak yang di jadikan gereja.
Amerika pun menguasai daerah wilayah Mindanao dan ingin bertekad ingin menjadikan negara boneka di Filipina. Perang Filipina dengan Amerika yang tiga tahun lamanya (1898-1901) tak membuahkan hasil. Pada awalnya sebelum kedatangan bangsa Amerika bangsa Filipina sudah dapat menunjukan nasionalis besar seperti Dr. Rizal (yang ditembak spanyol dari belakang) dan seorang organisator, Bonaficio, seorang diplomat Mahbini dan panglima perang Luna serta Aquinaldo.[5] Kemudian dengan tegasnya dari bangsa Moro (orang muslim Filipina) membuat petisi yang berisi: meminta agar wilayah Mindanao dan pulau-pulau disekitarnya agar dijauhi oleh orang-orang Filipina kristen. Karena haram orang kristen memimpin orang muslim.
Dari pemerintah Amerika pun tidak tinggal diam mereka bersikukuh membuat negara Filipina Mereka dan menjadi negara boneka Amerika Serikat di wilayah Asia Tenggara yang terbentang dari pulau Luzon sampai daerah Mindanao di selatan Filipina. Dan pada tahun 1964 terjadilah pemberontakan Moro yaitu Islam Filipina yang tertindas dengan negara Bonekanya Amerika Serikat. Perjuangan ini dipimpin oleh front Pembebasan Nasional Moro / Moro National Liberation Front (MNLF) di atas Pimpinan Profesor Misuari. Muslim telah menderita, Filipina telah mencoba menghancurkan keinginan muslim untuk bertahan dan hidup terhormat sebagai muslim. Sejumlah desa muslim di bumi hanguskan banyak pengungsi muslim melarikan diri ke sabah (Malaysa). OKI dan Libya memainkan juru pisah antara Filipina dengan Front Pembebasan Nasional Moro. Namun pemerintah Filipina tidak akan menemukan titik pencerahan terhadap muslim. Sehingga terjadilah peperangan yang besar dari maret 1968-1982 lebih dari seratus ribu orang sipil muslim di bunuh oleh tentara Filipina, tiga ratus ribu rumah orang muslim di hancurkan, dan lebih dari lima puluh desa, kota kecil dan besar di bumi hanguskan termasuk Ibukota tua muslim, Jolo.[6]
Islam dan Pemerintahan
Pemerintah Filipina mengikuti Pemerintah Amerika Serikat. Dia ditata sebagai sebuah republik, di mana Presiden berfungsi sebagai kepala negara, kepala pemerintahan, dan Panglima Tertinggi angkatan bersenjata. Presiden dipilih dalam pemilu untuk masa jabatan 6 tahun, dan memilih dan mengepalai kabinet. Dewan Legislatif Filipina mempunyai dua kamar: Kongres terdiri dari Senat dan Dewan Perwakilan; anggota keduanya dipilih oleh pemilu. Ada 24 senator yang menjabat selama 6 tahun di Senat, sedangkan Dewan Perwakilan terdiri dari tidak lebih dari 250 anggota kongres yang melayani selama 3 tahun. Cabang yudikatif pemerintah dikepalai oleh Mahkamah Agung, yang memiliki seorang Ketua Mahkamah Agung sebagai kepalanya dan 14 Hakim Agung, semuanya ditunjuk oleh Presiden.
Filipina merupakan anggota aktif dari PBB sejak penerimaannya pada 24 Oktober 1945. Filipina juga merupakan negara pendiri ASEAN, dan merupakan pemain aktif dalam APEC, Uni Latin dan anggota dari Group 24. Filipina juga merupakan sekutu Amerika Serikat, tetapi juga merupakan anggota dari Gerakan Non-Blok.
Filipina bersengketa dengan Republik Cina (Taiwan), Republik Rakyat Cina, Vietnam, dan Malaysia atas minyak dan gas alam di Kepulauan Spratly dan Scarborough Shoa, dan dengan Malaysia atas Sabah. Sultan Sulu yang menerima Sabah sebagai hadiah pada 1703 setelah menolong Sultan Brunei mengalahkan pemberontak, telah memberikan Pemerintah Filipina kuasa untuk mengklaim wilayahnya yang hilang. Sampai saat ini, keluarga Sultan Sulu masih menerima pembayaran "sewa" untuk Sabah dari Pemerintah Malaysia.
Islam dan Partai politik
Filipina memiliki sistem multi-partai dengan banyak partai politik, di mana tidak ada satu partai sering memiliki kesempatan mendapatkan kekuasaan saja, dan pihak-pihak harus bekerja dengan satu sama lain untuk membentuk pemerintahan koalisi. Ada dua jenis partai di Filipina dan ini adalah: partai-partai besar, yang sesuai biasanya untuk partai politik tradisional, dan partai-partai kecil atau daftar organisasi partai, yang mengandalkan partai yang terdaftar pada sistem pemilu untuk memenangkan kursi Kongres dengan cara koalisi.
Pengaruh partai di Filipina masyarakat adalah sangat jelas, terutama setelah Revolusi Kekuatan Rakyat , yang telah memimpin negeri ini untuk memilih dua presiden dari partai, yaitu Fidel V. Ramos (seorang Kristen Injili) dan Gloria Macapagal-Arroyo (seorang Katolik Roma).
Ada tiga jenis partai yang maju pada pemilu 2010 kemarin. Partainya yaitu, Dominan partai mayoritas (Lakas-Kampi), Dominan minoritas partai (Liberal), dan Enam partai besar seperti Koalisi Rakyat Nasionalis (NPC), Partai Nacionalista (NP), pwersa ng masang Pilipino (PMP), Laban ng Pilipino Demokratikong (LDP), Bagong Kilusang Lipunan (KBL), Partido Demokratiko Pilipino-Lakas ng Bayan (PDP-Laban).[7]
Partai mayoritas (lakas-kampi) mempunyai ideology yang sangat dipengaruhi oleh Kristen, demokrasi Islam, dan populisme. Pimpinan dari partai ini yaitu Gloria Mascapagal Arroyo. Dan partai selanjutnya yaitu partai liberal yang mempunyai ideology liberalism social. Partai ini dipimpin oleh Noynoy Aquino dan ia adalah mantan Senator dari Filipina. Ia adalah putra dari mantan Senator Gerry Roxas , dan cucu mantan Presiden Manuel Roxas dan industrialis J. Amado Araneta. Dan partai yang tertua di Filipina yaitu partai nacionalista. Partai Nacionalista merupakan partai berkuasa dari 1935-1944 (di bawah Presiden Manuel Quezon ), 1944-1946 (di bawah Presiden Sergio Osmena ), 1953-1957 (di bawah Presiden Ramon Magsaysay ), 1957-1961 (Di bawah Presiden Carlos P. Garcia ), dan 1965-1978 (bawah Presiden Ferdinand Marcos ). Partai ini mempunyai basis yang lumayan besar, ia bertanggung jawab memimpin Filipina pada abad 20 an sejak didirikan pada tahun 1907. Partai ini dijadikan kendaraan pada masa kemerdekaan melalui Negara-negara modern dan melalui advokasi kekuasaan yang efisien. 
Islam dan komunitas politik
Sekitar tiga juta muslim di terlantarkan di Sabah (Malaysa) dan ratusan ribu hidup dalam kesengsaraan di Manila. Banyak sekolah, Taman, Masjid, yang di luluh lantahkan. Dan tentara di Filipina di perbesar menjadi tiga ratus ribu  pada tahun 1972. Menurut data pada tahun 1982 ada sekitar 6.250.000 muslim di Filipina (12% penduduk) muslim merupakan di tiga belas provinsi dan telah mendapat persetujuan bahwa pulau-pulau ini merupakan bagian otonom bagi bangsa Moro. Akan tetapi pemerintah hanya mengakui bahwa muslim mayoritas hanya di Tawi-Tawi, Sulu, Basilan, Manguindanao, dan Lanao Sur. Dan ia juga berpendapat bahwa muslim kurang dari 50% di zambuanga del Sur, Kotabato Utara dan Sultan Kudarat. Sbenarnya Muslim besar terdapat di Mindanao, dan manila. Banyak orang Kristen yang pindah ke Islam di sini saat keadaan perang. Luas tanah Islam disini sekitar 117.000 km2 dari jumlah seluruh Filipina 289.000 Km2. Muslim disini terdiri dari beberapa kelompok etnis yang terpenting adalah Tausug, (Basilan, Sulu, Tawi-Tawi) dan Manguindanao (Lanao del Sur).
Ada tiga ribu masjid di Filipina, terutama di selatan. Kota Mawi dan Jolo dapat dianggap sebagai pusat keagamaan komunitas muslim. Kitab suci di sini juga telah diterjemahkan dalam bahasa Maranao oleh Dr. Ahmad Domocao Alonto yaitu bahasa yang paling umum di kalangan muslim. Dan semua itu disponsori oleh Institud Studi Islam, Universitas Muslim Filipina di kota Marawai. Terdapat sekitar seribu sekolah muslim yang tersebar di seluruh negeri khusus untuk latihan Imam dan pembaca al-Qur’an. Di Universitas ini terdapat lima ribu mahasiswa akan tetapi semua di tutup ketika terjadi perang disini.
Muslim disini kebanyakan petani dan nelayan, jumlah lulusan universitas disini hanya sekitar lima belas ribu orang. Asosiasi Islam yang paling aktif adalah asosiasi Muslim Filipina (Manila), Ansar al-Islam (Kota Marawi), Masyarakat Islam Mualaf (Manila), dan yayasan Islam Sulu (Jolo).[8]
Dalam struktur komunitas muslim, Filipina kurang mendukung tercapainya perjuangan otonomi. Fakta yang paling menonjol adalah kelangkaan suatu organisasi yang dapat menjangkau umat Islam secara nasional. Ada suatu lembaga nasional di Filipina seperti Lembaga dakwah Islam di Filipina (The Islamic Da’wah Council of the Philippine) yang mana bertujuan untuk mempersatukan organisasi-organisasi muslim di utara dan selatan. lembaga organisasi Islam ini memang telah bertaraf nasional, Sayangnya lembaga ini kurang memiliki kekuatan atau pengaruh yang penting terhadap seluruh komunitas muslim di Filipina.
Jika kita liat, semua ini bisa disebabkan karena komunitas Islam di Filipina berdiri secara otonom dan memiliki pemimpin sentralnya sendiri-sendiri. Semua ini juga tidak hanya dilatar belakangi oleh etnik dan bahasa saja, akan tetapi ini semua juga di latar belakangi oleh faktor sejarah yang memainkan pengaruh yang sangat penting. Dan faktor kesultanan di wilayah selatan seperti terlihat pada sultan dan datu, yang mana masing-masing memegang kekuasaan sendiri-sendiri. Andai umat Islam bias bersatu padu tidak dengan sendiri-sendiri umat Islam tidak dapat dipecah belah.
Islam dan Parlemen
Politik Filipina berlangsung dalam kerangka terorganisir dari presiden, perwakilan, dan demokratis republik dimana presiden adalah baik kepala negara dan kepala pemerintahan dalam platform sistem multi partai . Sistem ini berkisar sekitar tiga tahun dan berdaulat dengan saling tergantung cabang terpisah: legislatif (cabang hukum membuat tubuh), eksekutif (cabang hukum menegakkan tubuh), dan peradilan (cabang hukum menafsirkan tubuh). yang Eksekutif daya dilaksanakan oleh pemerintah di bawah kepemimpinan presiden. Kekuasaan legislatif diberikan pada pemerintah baik dan-ruang kongres dua-the Senat (majelis tinggi) dan Dewan Perwakilan (majelis rendah). Yudisial kekuasaan dipegang di pengadilan dengan Mahkamah Agung Filipina sebagai badan peradilan tertinggi.
Islam dan Civil society
Proses sosialisasi yang dilakukan penguasa bahwa HAM tidak sesuai dengan sistem budaya membuat sebagian masyarakat percaya bahwa HAM tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Perasaan heran mengapa rakyat Filipina sebelum people power bisa menerima tindakan sewenang-wenang dari marcos misalnya apa yang diungkapkan oleh Bautista:
Apa yang membuat rakyat Filipina masa kini menjadi sedemikian berbeda dengan kesepuluh datuk yang berani melawan kelaliman, demikian berbeda dengan para pemimpin yang melakukan lebih dari 300 pemberontaka semasa penjahan Spanyol sehingga berhasil mengalahkan mereka dalam suatu revolusi, demikian berbeda dengan arah patriot yang menentang Amerika dan pendudukan jepang sekalipun menghadapi pembatantaian sampai ratusan ribu jumlahnya.[9]
            Hal krusial yang menjadi persoalan penegakan HAM adalah problem politik. Seringkali muncul alasan-alasan stabilitas politik dalam negeri untuk memacu pertumbuhan ekonomi sehingga suau Negara menetapkan sistem otoriter. Pada tingkat realitas asumsi bahwa demokrasi dan HAM akan parallel dengan kesejahteraan ekonomi memang tidak selalu benar. Ada hal yang harus disadari bahwa penegakan HAM dan Demokrasi memang bukan panacea (Obat dari segala macam obat). Banyak kritik terhadap implementasi demokrasi, bias ambil contoh dari Negara Filipina sendiri. Konflik di Filipina yang tak kunjung usai sehingga pencapaian tujuan penegakan HAM dan sistem Demokrasi untuk kesejahteraan terkesan lambat. Semua ini belum menjadi hal yang nyata bagi suatu Negara.    
Perkembangan Filipina
Filipina telah pulih dari periode panjang stagnasi ekonomi sejak krisis utang luar negeri 1983 dan salah urus ekonomi kediktatoran Marcos. Perkembangan perekonomian berkelanjutan dalam beberapa tahun terakhir diharapkan dapat meringankan negara dari siklus boom-bust berulang yang ditandai pembangunan di Filipina sejak Perang Dunia II.
Telah terjadi penurunan pengeluaran sosial progresif di Filipina sejak awal penyesuaian struktural pada awal tahun 1980. Sementara pembayaran utang menikmati alokasi otomatis dari anggaran nasional, pelayanan dasar peringkat lebih rendah seperti pendanaan, prioritas. Pemerintahan baru, bagaimanapun, telah membuat pengentasan kemiskinan prioritas nomor satu. Pendidikan, kesehatan, perumahan, air dan sanitasi, dan infrastruktur cepat diprivatisasi. reformasi tanah, sekali dinyatakan sebagai program pusat, telah agak rnarginalized, dan tetap belum selesai. Kejahatan dan kekerasan yang meluas dan meningkat. Warga umumnya sinis politisi dan pegawai negeri dan sudah sangat menganggap rendah untuk yang kedua ini kapasitas dan integritas untuk memberikan janji-janji mereka.
Pada catatan positif, negara ini adalah yang pertama untuk membentuk dewan nasional untuk pembangunan berkelanjutan di bangun dari KTT Bumi 1992. Dewan Filipina untuk Pembangunan Berkelanjutan (PCSD) diketuai oleh Otoritas Pengembangan Ekonomi Nasional membawa bisnis masyarakat sipil, / buruh dan pemerintah ke meja yang sama dalam berusaha untuk menyelaraskan rencana pembangunan di negara dengan Agenda 21 Filipina visi pembangunan berkelanjutan. Dalam konteks ini, pembangunan berkelanjutan bergerak di luar bidang sempit konservasi lingkungan untuk memeluk pembangunan di tujuh tingkat: manusia, spiritual, sosial, budaya, politik, ekonomi dan ekologi.
Perdamaian MNLF dengan pemerintah Filipina sampai saat ini telah berlangsung. Ini bukan merupakan soal domestic lagi akan tetapi konflik ini sudah merupakan soal internasional yang harus di selesaikan. Pada tahun 2007 perdamaian ini telah di lakukan di Jeddah, tahun 2008 di laksanakan di Istanbul (Turki), tahun 2009 di Manila dan pada tahun tahun 2010 telah di laksanakan di Indonesia.
Mengutip dari anggota delegasi Indonesia Andhika Bambang Supeno yang menjelaskan pada BBC perundingan ini sekarang berfokus pada amandemen UU Republik No. 9054 yang mengatur provinsi otonom Mindanao. Dari 36 usulan perubahan yang di ajukan MNLF, pemerintah Filipina sudah menyetujui 33 butir persetujuan. Jai ada tiga butir persetujuan lagi yang belum di setujui dan semua ini harus di selesaikan sampai tanggal 24 Februari 2011.
Menurut Andhika tiga masalah yang perlu diselesaikan kedua pihak menyangkut persoalan penting. "Pertama mengenai perluasan Provinsi Otonomi Muslim Mindanao. Pihak Moro menuntut adanya referendum di 15 propinsi dan 13 kota," kata Andhika. Isu kedua menyangkut pembagian hasil kekayaan alam termasuk pajak. "Saat ini pembagiannya 50% - 50%. MNLF menuntut pembagiannya 70% untuk pihaknya dan 30% untuk pemerintah pusat Filipina. Mereka menginginkan seperti di Aceh namun pemerintah Filipina tetap pada pembagian 50%-50%," lanjut Andhika. Sedangkan, masalah ketiga adalah mengenai pemerintahan transisi. "MNLF menuntut pemilu bulan Agustus tahun 2011 ditunda untuk waktu satu sampai lima tahun," [10]
            Akan tetapi perundingan ini saya belum dapat menemukan datanya lebih lanjut. Penyelesaian pada tahap ini memang sulit karena pihak pemerintah berat untuk menyetujuinya perundingan 3 butir ini, sebab menyangkut persoalan legalitas. Dan perundingan intensif di Oslo,  juru runding Filipina dan sayap politik tentara Komunis Rakyat Baru menyatakan akan mengakhiri permusuhan Juni 2013.
Ketua panel pemerintah Alex Padilla mengatakan dalam 18 bulan mendatang semua kemungkinan untuk reformasi ekonomi, sosial dan politik akan dibahas. Meskipun jalan menuju perdamaian ini merupakan satu kemajuan namun semua pihak menganggap proses ini tidak akan mudah.
Penutup
Filipina merupakan negara yang cukup kuat dalam suatu perjalanannya. Dari masa kemerdekaannya yang merupakan mayoritas muslim terbesar di Asia Tenggara sampai masa minoritas Muslim di Asia Tenggara ia tetap mempunyai pendirian untuk menjadi negara muslim terbesar. Penjajahan demi penjajahan ia telah lewati  dari masuknya spanyol yang telah merubah pemikirannya menjadi muslim yang minoritas ditambah lagi kekuatan Amerika yang mencoba bermain kekuasaan di Filipina.
Filipina juga merupakan Negara minotitas muslim yang mempunyai tekad untuk merdeka dari tangannya sendiri tanpa meminta atau memelas kasih dari kolonial penjajah. Ia berusaha sekuat mungkin untuk merdeka. Akan tetapi persaudaraan mereka menjadi adikuasa oleh para kolonial Spanyol dan Amerika Serikat. Bahkan sampai sekarang Filipina masih di ambang kegundahan terhadap masalah MNLF dan GRP.



DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik. Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara. Jakarta: LP3ES, 1988
Diamond, Lary (penyunting). Revolusi Demokrasi: Perjuangan Untuk Kebebasan dan Pluralisme di Negara Berkembang. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993
Kentani, Ali. Minoritas Muslim di Dunia Dewasa ini. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005
Malaka, Tan. Massa Aksi. Jakarta: Komunitas Bambu, 2000
Terjemahan Partai di Filipina dalam






[1] Taufik Abdullah, Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, (Jakarta: LP3ES, 1988), h. 341
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_kepadatan_penduduk
[3] Ibid, Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, h. 342
[4] http://spiritofbeyond1453.blogspot.com/2011/01/Islam-di-Filipina-sebuah-fakta-sejarah.html
[5] Tan Malaka, Massa Aksi, Jakarta: Komunitas Bambu, 2000
[6] Ali Kentani, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada) h. 196
[8] Ibid, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini, h. 199
[9] Lihat fellix B.Bautista, Pers Alternatif Filipina, dan Tumbangnya Seorang Diktator, dalam Lary Diamond (penyunting), Revolusi Demokrasi: Perjuangan untuk kebebasan dan Pluralisme di Negara Berkembang, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993), h. 199
[10] http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2011/02/110222_morotalks.shtml

Tidak ada komentar: