Pemilu RW

Pemilu RW

Jumat, 28 Januari 2011

Awal mula hidup Karl Marx


Riwayat Karl Marx (Lahir, karir dan akhir)
Karl Heinrich Marx lahir pada 5 Mei 1818 di Trier atau Traves, Jerman. Ia terbilang dari keluarga terpandang. Ayahnya Heinrich Marx adalah seorang yang berdarah Yahudi yang menjadi pengacara ternama di Traves, sementara ibunya juga berdarah Yahudi adalah putri pendeta Belanda. Marx biasa di panggil dengan gelar “si Maroko” sejenis bangsa yang mendiami barat laut, hal tersebut karena kulitnya hitam, mata cekung tapi bersinar dengan tajam. Pertumbuhan tubuhnya  gemuk meskipun tubunya kecil tidak sebanding dengan anak-anak Jerman yang sebaya dengannya. Sejak kecil ia sudah pernah mengalami pergolakan keagamaan yang dahsyat. Sejak berusia 6 tahun, seluruh keluarganya berpindah agama (converse) dari Yahudi ke Kristen Protestan. Perpindahan agama ini sudah barang tentu merubah dasar keyakinan dan keberagamaan Marx. Maka dari itu, peristiwa converse ini merupakan salah satu persitiwa yang sangat membekas di hati Marx dan mempengaruhi perjalanan hidup Marx selanjutnya. Karl Marx yang dikenal secara luas sebagai pendiri Ideologis komunis yang sebenarnya adalah seorang teoretikus besar kapitalisme.[1]
Sejak usia 17 tahun, tepatnya tahun 1835 Marx masuk Gymnasium (sebuah sekolah menegah) di Traves. Sehabis lulus dari Gymnasium Marx melanjutkan kuliah di universitas Bonn dengan mengambil fakultas hukum. Tapi karena studi Marx di sini lebih disebabkan oleh paksaan orang tuanya, maka Marx hanya bisa bertahan satu tahun. Selepas dari Bonn Marx akhirnya masuk ke Universitas Berlin dengan konsentrasi mempelajari filsafat dan sejarah. Rupanya disiplin ini yang dia cita-citakan semula. Maka di Universitas Berlin inilah ia mulai membangun basis intelektualnya yang akhirnya menjadi filosof besar. Di universitas inilah ia juga ikut Young Hegelian Club hingga mempertemukan dia dengan tokoh seniornya Feuearbach. Pendidikannya ini ia akhiri ketika dia, dalam usia 23 berhasil memperoleh memperoleh gelar doktor dengan desertasi The Diffrent between natural phillosopy of Democritos and Natural Philoshopy of Epicurus, dari universitas Jena tanggal 15 April 1841.
Dalam karirnya Marx termasuk orang yang terseok-seok. Awal mulanya ia berkeinginan meniti karis sebagai dosen, tetapi gagal karena disebabkan oleh pemikirannya yang radikal dan tidak pernah mau kompromi dengan status quo. Gagal menjadi dosen akhirnya ia terjun ke dunia jurnalistik dengan menjadi wartawan di koran Rhenissche Zeitung (Rhine Gazete)[2]. Pada tahun 1842 Marx diangkat menjadi redaktur koran ini. Karena kritisnya yang sangat keras terhadap pemerintah, maka majalah ini akhirnya dibredel dan Marx diusir dari negerinya hingga akhirnya Marx pindah ke Paris bersama Arnold Ruge. Di Paris inilah jiwa dan semangat sosialismenya mulai tumbuh. Karena Paris pada waktu itu menjadi pusat pelarian para tokoh-tokoh sosialis dunia. Di paris ini pula ia bertemu dengan kawan sejatinya, Freidrick Angels seorang anggota sosialis dari London yang nantinya menjadi tulang punggung keluarga Marx dalam hal membiayai kehidupan.
Tahun 1847 Marx bersama Engels menulis buku yang berjudul La Misere de la Philoshopie (the poverty of philoshopy) sebagai kritik terhadap Piere Joseph Proudhon yang dianggapnya tidak revoluisoner dan tidak memberikan gambaran prospek yang jelas terhadap masa depan kaum buruh untuk membebaskan diri dari genggaman kapitalis[3]. Kemudian di tahun yang sama ia juga menerbitkan buku Die Deutsche Idiologie (the German Idiology) yang juga dikerjakan dengan Engels. Di buku inilah ia sesungguhnya telah meletakkan dasar historis materialismenya. Kemudian tahun 1845 bersama Engels, Marx membuat Liga komunis (Communist League) di Brussel. Liga ini yang konon menjadi wadah perjuangan gerakan pekerja internasional.
Tahun berikutnya Marx dan Engels mengarang pamflet (Stetmen Manifesto Partai Komunis) yang hingga sekarang menadi pedoman bagi orang-orang sosialis yang menamakan diri kaum Marxist. Berjudul Manifest der Komunistichen partei (Manifesto of the Comunist Party). Perlu di ketahui liga komunis yang di maksud hanya merupakan organisasi kerjasama dari kaum buruh inggris, Jerman, dan Perancis. Pemimpinnya mencita-citakan terwujudnya sosialisme dan hidupnya senantiasa dalam pengawasan ketat pemerintahan. Dari sini kaum buruh terdorong semangat untuk melakukan  revolusi. Dan terjadilah revolsi liberal di Eropa. Awal mula kekacauan terjadi di Perancis terjadi tanggal 24 Februari 1848 kemudian meluas di Inggris, Jerman dan Brussel tempat Marx bermukim. Akan tetapi sejarah mencatat revolusi yang berlangsung di Eropa ini gagal. Hal ini membuat Marx kecewa bahkan Marx kembali di tangkap dan di adili di jerman. Satu hal yang membuat lolos yaitu adalah karena ia telah melepaskan status kewarganegaraannya. Dan kemudian kembali ke perancis membuat demonstrasi-demonstrasi terhadap penguasa. Dan akhir cerita karena ia di anggap rusuh dan akibatnya di tangkap akhirnya ia di usir ke London (tempat pembuangan terakhirnya).   
Karir Marx diakhiri dengan posisinya dia sebagai penulis buku tentang ekonomi-politik yang menggugat sistem ekonomi kapitalis. Hidupnya termasuk tragis. Anak –anaknya banyak yang mati karena kelaparan dan bunuh diri. Istrinya sendiri, Jenny van Whestpallen, meninggal karena sakit tanpa pengobatan yang memadahi. Marx tidak bisa ikut mengantarkan ke pemakaman istrinya karena dia sendiri, pada waktu itu sakit. Marx meninggal di ruang belajarnya pada 14 Maret 1883.
Sekilas Tokoh-tokoh yang mempengaruhi Marx
Disamping Marx mewarisi dan menggali ajaran revolusi dan sosialisme dari Perancis, ekonomi dari Inggris, maka tidak boleh di lupakan akar dari ide-ide filsafatnya yang di timba langsung dari tradisi kefilsafatan Jerman. Dengan menyebut Filsafat Jerman ada dua orang filosof yang tercatat. Yakni Georg Wilhelm Frederick Hegel dan Ludwidg Andreas Feurbach. Ringkasnya Marx mengambil konsep pemikiran Dialektika dan dari filosof kedua Marx mengambil corak pemikiran yang bersifat Materialisme. 
Marx memandang Negara sebagai alat penindasan.
Menurut Marx, negara secara hakiki merupakan negara kelas artinya negara dikuasai secara langsung maupun tidak langsung oleh kelas-kelas yg menguasai bidang ekonomi. Dengan perspektif ini maka negara bukan kawan kaum tertindas melainkan lawan. Kaum tertindas hendaknya tidak mengharapkan bantuan dari Negara. Bila ini terjadi maka Negara yang menjadi alat penindasan kaum borjuis kapitalis, tanpa menghancurkan akan lenyap dengan sendirinya.
Pemikiran Marx sangatlah berbeda dengan pemikir lainnya seperti Locke, Hobbes, Rosseu dan lainnya yang tidak mementingkan keharusan eksitensi terhadap Negara itu sendiri, berbeda dengan Marx ia sangat mementingkan eksitensi Negara itu sendiri. Ia memandang Negara itu ibarat monster yang menakutkan[4], mengambil istilah Hobbes Negara itu seperti Leviathan makhluk yang sangat ganas pemakan makhluk lainnya.
Mengapa Marx melihat Negara itu ibarat monster ???  Era pencerahan membawa Eropa ke dalam sebuah peralihan dari kaum feodal ke kaum kapital. Hal ini dipicu dengan ditemukannya mesin cetak oleh Johan Guttenberg pada abad ke 15 M. Dari sinilah timbul pertukaran ide dan pikiran secara besar-besaran. Maraknya diskusi dan pertukaran ide ini ternyata membawa akibat fatal terhadap rezim bangsawan. Derasnya wacana dan pertukaran ide membuat budaya kritis masyarakat semakin terasah sehingga mampu membongkar segala macam kebusukan dan kebobrokan rezim bangsawan atau kaum feodal sekaligus meruntuhkan mitos surgawi yang diwartakan para raja. Nah dari sini munculah revolusi teknologi  yang dinamakan dengan “Engel Revolusi Industri”. Ketika fenomena ini lahir lahirlah revolusi social yang salah satunya terjadi di Perancis.
Dalam revolusi sosial ini, pihak yang menjadi aktor utamanya adalah kelas sosial baru yakni kaum borjuis atau kapitalis. Dengan hadirnya revolusi sosial ini, sistem feodal mulai runtuh dan kehilangan legitimasinya di mata masyarakat dan digantikan oleh sistem kapitalis.
Ketika kaum feodal tergantikan oleh sistem kapital bukanlah semua permasalahan terselesaikan akan tetapi muncullah permasalahan baru. Penindasan yang terdahulu di dominasi oleh kaum feodal sekarang tergantikan pada kaum kapital.  Dari sinilah kaum buruh sadar bahwa mereka hanya di tunggangi oleh  kaum borjuis hanya untuk kepentingan mereka semata. Setelah kekuasaan di tangannya mereka berbuat semau kehendaknya, menunjukan taring di giginya dan cula di kepalanya. Dan di sinilah kaum buruh merasakan penindaan yang sangat memprihatinkan banyak wanita hamil, anak-anak tewas karena kelaparan, sakit, dan kurangnya jaminan kerja. Dari sinilah Marx memandang bahwa Negara kapitalis selalu berwajah hewan buas, yang mana selalu buat orang sengsara dan menderita. Dari sinilah Negara harus mementingkan akan eksitensinya itu sendiri terhadap negaranya.  Dan yang di harapkan oleh Negara yaitu harus memprioritaskan perjuangan kelas ploletar bukanlah menciptakan Negara, melainkan menciptakan masyarakat tanpa kelas. Dengan masyarakat tanpa kelas Negara akan lenyap dengan sendirinya. Inilah yang disebut oleh Marx tentang “lenyapnya Negara”.
Pertentangan kelas Marx.
Mengenai pertentangan kelas Marx menyatakan bahwa kaum borjuis telah menciptakan kekuatan produksi yang lebih masif di bandingkan dengan generasi sebelumnya. Konsep pertentangan kelas Marx dapat dengan mudah ditelusuri dalam bukunya The Manifesto of The Comunity Party (Manifesto Partai Komunis), Di cetak 24 Februari 1848. Bagi kaum Marxis tulisan ini telah menjadi kitab suci di samping karya Marx yang lain, seperti The Capital.[5]
Pemikiran perjuangan kelas di kemukakan Marx dan Engel Rumusan sederhananya:
“Sejarah dari semua masyarakat yang ada sampai saat ini merupakan cerita dari perjuangan kelas. Kebebasan dan perbudakan, bangsawan dan kampungan, tuan dan pelayan, kepala serikat kerja dan para tukang, dengan kata lain penekan dan yang di tekan, berada pada posisi yang sangat bertentangan satu sama lainnya dan berlangsung tanpa terputus”.
Dari kalimat tersebut Marx dan Engel mempunyai beberapa pemikiran. Pertama, bahwa gagasan sentral dan yang ada di balik pernyataan itu adalah fakta bahwa sejarah umat manusia di warnai oleh perjuangan atau pertarungan di antara kelompok-kelompok manusia. Dan dalam bentuknya yang transparan perjuangan itu berbentuk perjuangan kelas. Kedua, pernyataan itu juga mengandung proposisi bahwa dalam sejarah perkembangan masyarakat selalu terdapat polarisasi. Suatu kelas hanya ada dalam posisi bertentangan dengan kelas-kelas lainnya. Dan kelas itu tidak lain adalah kelas penindas dan kelas tertindas. Marx berpendapat bahwa dalam proses perkembangannya masyarakat akan mengalami perpecahan dan kemudian berbentuk dua blok kelas yang saling bertarung yaitu kelas borjuis kapitalis dan kelas proletariat.
Hubungan eksploitasi antara dua kelas itu menurut Marx akan menciptakan antagonisme kelas (Class Antagonism) yang pada akhirnya akan melahirkan krisis revolusioner. Bila situasi sudah demikian, maka kaum proletar atau kaum kelas pekerja akan menjadi kelas revolusioner. Marx berharap kelas pekerja akan menjadi kelas penguasa bila berhasil merebut kekuasaan dari kaum borjuis kapital. Masyarakat tanpa kelas, menurut Marx ditandai oleh lenyapnya perbedaan-perbedaan kelas dan produksi di kuasai oleh bangsa serta kekuasaan negara yang mana akan kehilangan karakter politiknya. Sistem kekuasaan itu tidak lagi bersifat opresif dan menindas rakyat. 
Dalam tulisan ini yang di maksud Marx dalam Revolusi bukanlah Revolusi damai melainkan Revolusi kekerasan. Maka dari itu Marx dan Engel menekankan begitu pentingnya pertentangan kelas itu. “Tanpa konflik kelas, kata Marx dalam The Capital tidak ada kemajuan karena ia merupakan hukum yang selalu menyertai peradaban (sejak dahulu) hingga sekarang. Marx seperti ditulis Ralf Dahrendorf[6], begitu yakin hanya konflik kelaslah yag dapat merubah secara struktural kehidupan masyarakat dan setiap kelas yang bekonflik selalu menunjukan hubungan dialektis dalam pengertian Hegelian, yaitu kelas menjadi tesis dan kelas lainnya menjadi antitesis.
Agama sebagai Candu
Kecendrungan filsafat Marx yang merealistis betapapun  diklaim sebagai paham yang ilmiah adalah ateistik. Dan awal mula Marx berfilsafat juga sudah mengaku sebagai ateis. Dalam analisisnya tentang Eropa, Marx memberi sorotan terhadap Agama dari sebagian besar dari gejala sosial. Agama dalam konteks ini adalah kristen dalam persepsi macam ini oleh Marx telah terlembagakan menjadi seperangkat kekuatan sosial. Dari sinilah bermula awal kritik Marx terhadap Agama, karena di lihatnya para pendeta dan pembesar gereja telah bersekutu dengan penguasa represif. Fungsi Agama telah diubah citranya menjadi alat meninabobokan dengan janiji penyelamatan di atas kelaparan dan penderitaan massa. Lembaga Agama telah memainkan peranan di luar misi agama sebagai pengemban kasih dan pembela hak-hak kaum tertindas. Agama bukan mendukung perubahan sosial yang akan membahagiakan lapisan mayoritas akan tetapi malah sebaliknya, menjadi alat pelegalisasi kekuasaan pemerintah yang menguntungkan kaum elite. Pada tempat inilah merx menyebut Agama dan pengenjur agama sebagai pendukung status quo dan dari sanalah Marx mengumandangkan bahwa Agama adalah sebagai Candu Masyarakat. Bahkan Marx sangat anti agama (“aku membenci semua tuhan,” demikian ia berkata”)[7] dan filsafatnya di dasarkan atas metafisika dan materialistik.
Di sisi lain Marx menganggap agama muncul karena adanya perbedaan kelas-kelas sosial. Dengan kata lain bila perbedaan kelas masih ada selama itu pula agama tetap ada. Menurut Murtadho Muntahari dalam Masyarakat dan Sejarah. Kritik Islam atas Marxisme dan teori lainnya (1987). Percaya bahwa agama adalah perangkap yang di pasang kaum penguasa untuk menjerat kaum proletar yang tertindas. Maka dari itu agama harus di lenyapkan karena ia merupakan alat kaum Borjuis kapitalis (kaum penindas). Andai masih ada agama kaum borjuis akan mempertahankan kekuasaan dengan menggunakan agama.
Dialektika Marx
Menurut buku Filsafat Politik kajian historis dari Zaman Yunani Kuno Sampai Zaman Modern[8], Teori Komunisme Marx di dasarkan pada beberapa konsep pokok yaitu :
  1. perkembangan historis berlangsung melalui sintesis ketegangan atau kontradiksi yang inheren (Dialektika).
  2. Institusi sosial dan politik di bentuk dan di tentukan oleh ekonomi (Materialis Historis)
  3. Gerakan dialektik sejarah terungkap dalam pertentangan atau konflik antar kelompok-kelompok ekonomi (pertentangan kelas Marx) Marx menerima dialektika Hegel yang sudah dimodifikasi serta ekonomi klasik dari madzhab klasik ortodok. dua pola ini memperkaya materi pemikiran yang kemudian di kembangkan Marx.
Universitas berlin merupakan pusat Hegelianisme ketika Marx menjadi mahasiswa di Jena. Perlu kita ketahui pengikut hegel terbagi menjadi dua kelompok, sayap kanan yang terutama tertarik pada apologetika keagamaan dalam upaya mereka untuk menunjukan bahwa filsafat Hegel dan agama kristes itu sejalan, dan sayap kiri yang melihat perkembangan absolut sebagai proses materialistik dan bukannya suatu proses logis. Salah satu pemimpin sayap kiri yaitu Ludwig Feurbach, yang selalu berusaha membangun jembatan yang menghubungkan antara Hegel dan Marx.  
Dalam karyanya Essence of Cristianity (1841) an Essence of Religion (1845), yag mana ia menggambarkan tuhan sebagai proyeksi keinginan dan kebutuhan manusia serta sebagai ilusi optis tertinggi manusia. Ini merupakan Antropologi bukanlah teologi yang merupakan ilmu tertinggi. Hegel mengatakan ide absolut tuhanlah yang berkembang dalam sejarah dan mengungkapkan dirinya dalam alam, dan manusia ketika ide ini berkembang dalam memrlukan ruang dan waktu. Dari sini Feurbach berpendapat bahwa yang absolut yang di katakan Hegel bukanlah tuhan melainkan alam (nature) yang menyikapkan dirinya dalam proses perkembangan dialektik yang abadi. 
Marx mengambil thesis Feurbach ini merasionalisikan kritiknya terhadap agama dan melakukan transisi dari idealiasme Hegel menuju materialisme. Dengan menyatakan bahwa yang absolut sebenarnya tidak lebih sekadar refleksi materi. Tujuannya yaitu untuk mengubah dialektik ini dari hukum pemikiran semata sebagaimana teori Hegel menjadi hukum sebab akibat sejarah, atau tujuannya untuk memberi penjelasan makna yang kongkrit dan prediksi dalam tatanan sosial. Selanjutnya bisa ditunjukan bahwa peristiwa-peristiwa sosial, sebagaimana fenomena biologis dan fisik berasal dari dan ditentukan oleh materi.
Karya-karyanya
Mark telah menghasilkan karya-karya yang meliputi tiga kategori yaitu Filsafat, Sejarah, dan Poltik serta bidang ekonomi.  Dalam karyanya Selain Marx tampil di dunia akademis bukan saja sebagai pemikir  akan tetapi juga sebagai filosofis. Ada beberapa karya Marx yang berupa pamflet, manuskrip, kumpulan surat, dan sejumlah esai yang baru ditemukan dan di terbitkan sesudah ia meninggal Dunia.
Karya-karyanya dalam bidang Filsafat yaitu :
ü Uber die Differenz der democratischen undapikuraischen NaturePhiloshopie, adalah di sertasi Marx untuk mencapai gelar doktor dalam ilmu filsafat di Universitas Jena. (15 April 1841), termuat dalam Historich kritiche Gesamtausgabe: Werke Scriften, Briefe (Frank furt 1844), Vol. I. P. 3-144.
ü Kritik des hegelchen Staatscrechts (1834), termuat dalam Die Fruschriften ((Stuttgart: Kroner), p. 20-149 Publikasi Inggris, Cristisme Of The Hegelian Philosopi of law (London).
ü Die Deutsche Ideologie (1846), yang di tulis bersama Engels. Terjemahan dengan kata pengantar oleh R. Pascal, The German Ideology (Newyork: 1939).
Dan Kurang lebih masih ada enam karya lagi karya-karya Marx yang membahas tentang Filsafat. Dan adapun Karya-karyanya di bidang sejarah dan Politik yaitu :
ü Manifes der Komunistischen Partey (1848), di tulis bersama Engels berupa pamflet untuk di jadikan pedoman “Liga Komunis” yang di dirkan di Brussel. Manifesto memuat empat bagian pokok: bagian historis, bagian ramalan, bagian moral dan bagian revolusioner. Di terjemahkan oleh Max Eastman, Manifesto Of The Comunist Party (New York: 1932).
ü The Civil War in United State (1861-1866) di tulis bersama Engel (New York: 1961).
ü The Civil War in France (1871), kata pengantar oleh R.W. Postgate (London: 1921), termuat dalam selected Work. Vol. I (Moscow: 1958), pp. 473-545.
ü Hert Vogt (1860) Polemik Marx dengan Karl Vogt (1817-1895) tentang perang Italia tahun 1859 (London: 1860).
ü Marx Kritik des Ghotaer Programme (1875) di publikasikan dengan catatan-catatan tambahan dari Engel Critique of The Ghota Programme (London: 1891), di muat dalam selected Work Vol.II (Moscow: 1962 pp. 13-48.
Dan kurang lebih Masih ada lima karya lagi yang membahas tentang sejarah dan Politik. Adapun karya-karya di bidang Ekonomi yaitu :
ü Grudrisse der Kritik der Politicchen Okkonomie (1857-1865), beberapa bagia di terjemahkan dengan judul Pre Capitalist Ekonomic Formation (New Yok: 1965).
ü Zur Kritik der Polischen Okonomis (1859), di terjemahkan oleh N.I. Stone A, Cotribution to The Criticue of Political Economy (Ney York: 1904).
ü Das Capitical, Kritik der Polistichen Okonomis (1850-1866), sebuah karya monumental dan termasuk salah satu buku yang merubah dunia “Books that chaged the world”. Ketika di tulis menghabiskan waktu selama tujuh belas tahun, di terbitkan selama tiga Volume. Terjemahan awal (Moscow:1872, France 1875), kemudian S. Moore dan E. Aveling, Capital (London: 1887). Vol. I.

DAFTAR PUSTAKA
  • J Schandt, Henry. Filsafat Politik kajian historis dari Zaman Yunani Kuno Sampai Zaman Modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar..
  • Losco, Joseph dan Williams, Leonard. Political Theory kajian Klasik dan Kontemporary. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.
  • Ramly, Andi Muawiyyah. Peta Pemikiran Karl Marx Materialisme Dialektis dan Materialisme Historis. Yogyakarta: LKIS, 2000
  • Suhelmi, Ahmad. Pemikiran Politik Barat Klasik Kajian Sejarah Perkembangangan Pemikiran Negara, Mayarakat, dan Kekuasaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007.


[1] Joseph Losco dan Leonard Williams, Political Theory kajian Klasik dan Kontemporary. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, h. 546

[2] Andi Muawiyyah Ramly. Peta Pemikiran Karl Marx Materialisme Dialektis dan Materialisme Histori, h.38
[3] Ibid., h. 41
[4] Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat Klasik Kajian Sejarah Perkembangangan Pemikiran Negara, Mayarakat, dan Kekuasaan, h.287
[5] Ibid, h. 269
[6] Dikutip dari Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat, oleh RalfDahrendorf, Class and Class Conflict in Industrial Society, London: Routleadge and Kegal Paul, 1969, h.20
[7] Henry J Schandt, Filsafat Politik kajian historis dari Zaman Yunani Kuno Sampai Zaman Modern Pustaka Pelajar “Offset” Yogyakarta, h. 515
[8] Ibid,  h. 514

Tidak ada komentar: