Pemilu RW

Pemilu RW

Jumat, 18 Mei 2012

Agama Sikh dan Jain


SEJARAH SIKHISME
            Berbicara mengenai sejarah agama Sikh sudah barang tentu tidak akan lepas dari sejarah kehidupan Guru Nanak. Dilahirkan pada tanggal 15 April 1469 Masehi di Talwandi Rai Bhoi yang sekarang dikenal sebagai Nanakana Sahib di pinggir sungai Ravi distrik Sheikhupura di Punjab, kini di wilayah Pakistan Barat. Ayahnya bernama Mehta Kalu, adalah penganut Hindu dari golongan Bedi keturunan kesatria dan ia bekerja sebagai akuntan desa pada seorang tuan tanah Muslim bernama Rai Bular. Ibunya bernama Tripta adalah seorang yang taat kepada agama Hindu. Kakaknya bernama Nanaki yang lebih tua lima tahun darinya. Pada umur 5 tahun, ia sudah mulai berbicara tentang Tuhan dan mahir. Pada umur 7 tahun ia dimasukkan ke sekolah dasar dan mendapat pelajaran bahasa Persia dan Kesusastraan Islam oleh Rukn­-ud-Din. Pada usia 9 tahun, ia sudah fasih berbahasa Parsi.
            Pada saat itu, diadakan upacara pembaptisan (Upanayama), karena keluarganya dari kasta Kesatria. Namun, nanak sangat menentangnya. Ia tidak mau dikalungkan dengan benang merah sebagai pertanda ia berasal dari kasta yang tinggi. Meskipun dikatakan bahwa seseorang dapat kehilangan derajatnya.
            Pada usia 16 tahun ia dikawinkan dengan Sulakhani dan dikaruniai dua orang anak bernama Siri Chand dan Lakhmi Das. Namun, perkawinannya tersebut tidak dapat mengubah kepribadiannya. Pada tanggal 20 Agustus 1507, pada waktu fajar ia mandi ke sungai Ravi dan setelah itu bermeditasi. Lalu, ia mendengar suara Tuhan agar ia mengabdikan hidupnya untuk Tuhan. Setelah itu, ia menyelam ke sungai dan tidak timbul kembali.
            Tiga hari kemudian ia kembali pulang, lalu membagikan seluruh hartanya untuk fakir miskin. Sejak hari itu, ia meninggalkan desanya untuk berkhotbah dengan berjalan kaki dan telah menjadi Guru Nanak.
            Guru Nanak menjalankan misi pertamanya ditemani oleh seorang musikus muslim yang bernama Mardana. Ia berhasrat menyatukan agama Hindu dengan Islam yang bersengketa. Pada setiap tempat yang didatanginya, Mardana mula-mula memainkan musik. Setelah orang berkumpul, lalu Guru Nanak mulai berkhutbah. Seperti itulah cara yang dilakukan selama kurang lebih 12 tahun. Mereka telah mengunjungi beberapa tempat suci agama Hindu seperti Kuruksherta, Panipat, Delhi, sungai Brahmaputera dan Pegunungan Himalaya lalu pulang ke Punjab.
            Pada perjalanan misinya yang kedua, Guru Nanak dan Mardana mengunjungi beberapa tempat di belahan selatan anak benua India, menyebrang ke Sailan, lalu menuju Srinagar di Kashmir. Bahkan, dengan menyamar dan mengenakan pakaian Muslim ia berkunjung ke Mekkah Al Mukarammah dan menyebarkan ajarannya disitu, lalu dia juga melawat ke Madinah Al Munawarrah sampai ke Baghdad. Menurut cerita, katanya ia pernah azan di Masjid Agung di Baghdad. Lalu, ia kembali ke Punjab.
            Pada tahun 1538 M, Guru Nanak meninggal dalam usia 70 tahun di Kartepur, wilayah Punjab. Lalu, dibangunlah sebuah makam di pinggir sungai Ravi yang dibuat oleh pihak Hindu dan Muslim. Namun, kedua bangunan makam tersebut hanyut diterjang banjir. Setelah Guru meninggal di gantikanlah oleh guru-guru setelahnya, yang mana guru-guru ini memperjuangkan ajarannya dengan penuh kegigihan walau badai menerjang.
Pengertian Agama Sikhisme
Sikhisme adalah agama baru dari agama-agama dunia. Dalam (bahasa Punjabi) adalah salah satu agama terbesar di dunia. Agama ini berkembang terutamanya pada abad ke-16 dan 17 di India. Kata Sikhisme berasal dari kata Sikh, yang berarti "murid" atau "pelajar". Tegasnya para murid pada zaman Sikh itu. Yang di maknakan dengan murid tuhan.
Kepercayaan-kepercayaan utama dalam Sikhisme adalah:
  • Percaya dalam satu Tuhan yang pantheistik. Kalimat pembuka dalam naskah-naskah Sikh hanya sepanjang dua kata, dan mencerminkan kepercayaan dasar seluruh umat yang taat pada ajaran-ajaran dalam Sikhisme: Ek Onkar (Satu Tuhan).
  • Ajaran Sepuluh Guru Sikh (serta para cendekiawan Muslim dan Hindu yang diterima) dapat ditemukan dalam Guru Granth Saheb.
  • Sikhisme memegang teguh kepercayaan mengenai reinkarnasi dan karma.
Mengenai lambang para penganut agama Sikh itu ada lima Kukka[1] yaitu :
  1. Kesh yaitu jenggot yang tidak di cukur dan rambut yang tidak di potong. Sebagai tanda pengabdian dan pengabdian kepada tuhan.
  2. Kangaha, yaitu sisir penting untuk kebersihan salah satu asas dalam Sikhisme.
  3. Kirpan yaitu pedang yang melambangkan kesediaan untuk berjuang melawan tekanan fisik dan spiritual.
  4. Kara, yaitu gelang baja yang di pakai di pergelangan tangan kanan sebagai peringatan bahwa Allah adalah satu dan para pemujanya tak dapat di hancurkan.
  5. Kachera yaitu celana pendek tradisional yang di pakai untuk memperlihatkan bahwa orang harus siap membela Sikhisme.
Sikhisme dipengaruhi pergerakan perubahan dalam agama Hindu (misalnya Bhakti, monisme, metafisika Weda, guru ideal, dan bhajan) serta Islam Sufi. Agama ini berangkat dari adat-adat sosial dan struktur dalam agama Hindu dan Islam (contohnya sistem kasta dan purdah). Filsafat dalam Sikhisme bercirikan logika, keseluruhan (bersifat komprehensif), dan pendekatan yang sederhana terhadap masalah-masalah spiritual maupun material. Teologinya penuh kesederhanaan. Dalam etika Sikh, tidak ada konflik antara tugas pribadi terhadap diri sendiri dengan masyarakat.
Sikhisme berasal dari daerah Punjab di India, namun kini pengikutnya juga dapat ditemukan di berbagai penjuru dunia yang mempunyai komunitas India. Di Asia Tenggara, umat Sikh banyak ditemukan di Malaysia dan Singapura. Umat Sikh dapat dikenali melalui namanya yang kebanyakan diakhiri Singh untuk pria dan Kaur untuk wanita.
Kitab Suci Sikhisme
Adapun kita suci Sikhisme bernama Granth Saheb yang mana bermakna kitab tuhan. Guru pertama tidak mewariskan apa-apa pada masa masa sepeninggalannya, akan tetapi guru kelima lah yakni guru Arjan (1581-1606), baharullah di susun dan di himpun kitab agama Sikh itu di buat, lalu di lengkapi oleh guru-guru yang menggantikanya.
Granth Saheb merupakan kitab suci agama Sikh, ini terbagi atas dua himpunan[2] yaitu :
  1. Adi Granth, yang bermakna kitab asli (Original Books) dan biasa di panggil dengan kita pertama. Kecuali berisikan karya tujuh guru yang mana di dalamnya terdapat karya-karya tokoh hindu yang terpandang suci dan tokoh-tokoh suci Islam. Semuanya itu berjumlah 37 orang. Tebal naskahnya berdasarkan Government Press di Lahore (Pakistan) mencapai jumlah 1570 halaman.
  2. Dasam Granth, yang bermakna kitab guru ke sepuluh (The Granth Of The Tenth Guru). Ini juga berisi tokoh-tokoh Hidu dan Islam suci. Termasuk sajak Kabi dan sajak Ramanan di seorang tokoh reformasi dalam agama Hindu.
Oleh karea itu kitab agama Sikh itu terdiri dari enam bahasa yaitu : Punjabi, Multani, Persi, Hindi, dan Marathi. Di samping itu berbagai dialek lainnya. Ni menjadi kepercayaan Sikh, terletak di “takhta” khusus yang tinggi di bawah suatu tirain Gurdwara[3]. Dan kitab ini di beri penghormatan sama seperti kepada sepuluh guru yang adalah manusia.[4] Janji Sahib adalah kunci bagi guru Granth Sahib dan bagi semua ajaran Sikh.
Pokok-pokok Ajaran Sikhisme
A. Tentang Tuhan Yang Maha Esa
            Menurut ajaran Guru Nanak, selalu menegaskan bahwa Tuhan itu Tunggal dan pencipta segalanya. Ia berada di mana-mana, termasuk di dalam tubuh dan jiwa manusia. Maka dari itu, Guru Nanak mengajarkan bahwa, kalau orang ingin kebahagiaan dan menemui Tuhannya, carilah Ia dalam jiwa.[5] Menurutnya pula, Tuhan adalah Pencipta alam semesta sekaligus pula Pemusnahnya. Tuhan adalah Maha Pemberi sekaligus juga Peminta Kembali.
            Tuhan mempunyai inspirasi, jangkauan, kebajikan, penglihatan, rahmat, serta daya cipta yang tak terbatas. Dan tak ada suatu zat atau makhluk apapun yang dapat menandingi perintah, pengampunan, penerimaan dan kemurahanNya. Oleh sebab itu, taatlah kepadaNya karena Tuhan merupakan kebenaran dan kenyataan di masa lalu, kini, dan yang akan datang.

B. Tentang Sabda adalah Kata Tuhan
            Sabda menurut maksud katanya adalah perkataan Tuhan. Setiap orang dapat mempunyai kekuatan suci dan mencapai kemuliaan dalam kehidupan bermasyarakat apabila ia dapat mengetahui dan menyatukan diri dengan sabda agar dapat memahami misteri hidup di dunia kini dan nanti serta dapat menjadikan dirinya tempat kebajikan, kebenaran, pengetahuan sejati dan pensucian jiwa.
            Selain itu, apabila seseorang telah dapat menyatukan dirinya dengan sabda maka ia diwajibkan untuk melaksanakan sabda tersebut dan mengajarkannya kepada orang lain agar terbebas dari duka dan derita menuju kedamaian abadi.
C. Tentang Guru sebagai Penuntun Hidup Abadi
            Dalam menjalani kehidupan haruslah penuh dengan pengabdian, namun sedikit sekali orang yang mengerti bagaimana caranya mengabdi kepada Tuhan. Maka dari itu, seorang Guru diperlukan untuk menuntun manusia untuk melaksanakan pengabdiannya.
            Pengabdian kepada Tuhan dapat diarahkan dengan tepat dan mencapai tujuan apabila dituntun oleh Guru yang bijaksana, suci dan agung karena Guru akan menunjukkan dan memperlihatkan kebenaran serta membawa kebahagiaan dan ketentraman sejati ke dalam jiwa setiap penganut. Karena sesungguhnya Tuhan itu bersemayam di dalam jiwa seorang Guru yang dapat menghukum yang jahat dan melindungi yang baik.
            Guru adalah index pikiran Tuhan, lautan ketenangan yang dalam dan luas dan penghapusan dosa.[6]

D. Tentang Praktek-praktek Spirituil
            Hidup spirituil adalah melaksanakan praktek-praktek spirituil dengan selalu tunduk kepada sabda Tuhan melalui petuah-petuah dan ajaran-ajaran Guru. Mendengarkan sabda adalah mempraktekkan sabda itu. Mempraktekkan sabda berarti melakukan tugas hidup di dunia ini.
            Praktek spirituil yaitu menumbuhkan persaudaraan universal, mendalami pengetahuan dan buku suci, mengampuni orang yang bertobat, sabar, sederhana, penuh kasih saying, melawan nafsu jahat, bekerja keras, dan membela kebenaran.
            Bagi Guru Nanak, penyiksaan diri sebagai praktek spiritual atau bertapa yang membabi-buta atau menggunakan jubah agama berlebihan atau berbuat amal dan ibadah secara formil belaka, adalah hipokrit yang tidak sesuai dengan sabda Tuhan.[7]

E. Dasasila Ajaran Guru Nanak
1. Engkau harus percaya pada Tuhan Yang Maha Esa
2. Engkau harus menghormati manusia sesamamu, baik laki-laki maupun wanita, dengan respek yang sejajar.
3. Engkau harus mempunyai rasa peri-kemanusiaan yang luas dan mandalam.
4. Engkau harus memajukan watak pribadimu dengan perbuatan kebajikan yang mulia dan luhur.
5. Engkau harus selalu ingat kepada Tuhan.
6. Engkau tidak boleh buta akan kepercayaan.
7. Engkau harus menolak perbedaan kasta.
8. Engkau tidak boleh berjanji dengan mempergunakan bentuk dan adat-istiadat agama.
9. Engkau tidak boleh menyangkal kenyataan dunia ini.
10. Engkau tidak boleh percaya dengan perantaraan seorang pemimpin rohani akan penyelamatan dirimu atas hukuman Tuhan.[8]

PERKEMBANGAN SIKHISME SEKARANG INI
            Pada awal abad ke-19, nilai-nilai Sikhisme di India sudah mulai pudar dan tertutup oleh dominasi kebudayaan Hindu. Namun, lepas setelah itu pada akhir abad ke-19 kelompok-kelompok kecil didirikan untuk memberikan pendidikan agama Sikh dan Guru Granth Sahib ke sekolah-sekolah. Undang-undang Gurdwara Sikh pada tahun 1925 menetapkan tanggung jawab untuk memelihara tempat-tempat pemujaan di tangan suatu panitia.[9]
            Pada tahun 1974, tanah air Sikhisme, Punjab dipecah dan 2.600.000 orang Sikh pindah ke India dari daerah Punjab yang dikuasai Pakistan. Meskipun masih banyak orang Sikh yang tinggal di India yaitu sekitar 80 persen. Namun, tak sedikit yang merantau untuk menyebarkan agama Sikh ini. Seperti di Amerika Serikat, saat ini tercatat sekitar 350.000 orang tergabung dalam komunitas Sikhisme. Ada juga orang Sikh kulit putih, yaitu orang Amerika yang berpindah agama.
            Selain itu di Inggris tepatnya di London, Birmingham, Leicester dan Yorkshire Barat telah didirikan kurang lebih 250 gurdwara untuk menampung kebutuhan spiritual dan sosial penganut Sikh. Sekarang tercatat kurang lebih ada 500.000 orang yang menganut agama Sikh di Inggris.
            Namun, ada beberapa masalah yang dihadapi banyak orang Sikh seperti cara hidup tradisional yang menjadi cirri khas mereka seperti jenggot, rambut panjang dan sorban yang mulai ditinggalkan. Selain itu, juga masalah perkawinan beda agama serta penggunaan bahasa dalam beribadah. Ini mengakibatkan kurangnya rasa hormat mereka kepada Guru Granth Sahib.
Setelah mempelajari pokok dari ajaran Sikhisme sekarang kami akan melanjutkan ke pokok ajaran jainisme yang tak kalah hebohnya dengan ajaran sebelumnya. Inti ajaran ini juga tak jauh dengan Sikhisme.
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN JAINISME
            Mengenai sejarah dan perkembangan, Agama Jaina bermakna : agama Penaklukan. Yang dimaksudkan penaklukan adalah penaklukan kodrat-kodrat Syahwati, agama lahir pada abad ke-6 Sm ( 599-527 Sm ). Agama Jaina sendiri lahir berdasarkan reaksi dari ketiak setujuannya terhadap ajaran-ajaran agama Hindu, maka pada saat itu terjadi pemberontakan besar terhadap agama Hindu yang dipimpin oleh Mahavira. Mahavira lahir pada tahun 599 Sm, ayahnya bernama Sidarta yang merupakan seorang anggota dalam majelis yang memerintah Bandar atau kesatuan ketentaraan di india. Ibunya merupakan anak dari ketua majelis itu yang bernama Tri Sala. Sejak kecil Mahavira sangat gemar mengikuti majelis-majelis dan ahli-ahli agama yang mana memang tinggal atau menumpang diwilayah kerajaannya. Sebenarnya ia ingin mendalami ilmu-ilmu agama atau ketuhanan, akan tetapi keadaan tidak dapat mengizinkannya mendalami agama tersebut karena kedudukan keluargannya yang mengurus hal-hal politik dan peperangan serta hidup dalam kesenangan dan kemewahan. Nama mahavira sendiri bukan nama asli dia, nama aslinya adalah “vhardamana”. Dia dipanggil mahavira itu sendiri setelah ada kejadian dimana pada suatu ketika ada seekor gajah yang terlepas dari kandangnya kemudian merusak apa-apa yang menghalangi jalanya dia, tidak ada satu-pun orang yang bisa menangkap dan menjinakan hewan itu. Dan ketika sedang bermain vhardamana melihat gajah tersebut dan dia langsung menangkapnya dan menjinakannya padahal usiannya baru 7 tahun. Akhirnya rakyat kerajaan Moghadah amat memujikan keberanian pangeran muda itu, sejak itu-pun dia dipanggil Mahavira (perwira perkasa). Dia juga dinamakan jaina yang berarti gagah perkasa dan dengan sifat itulah agama tersebut diberi nama agama jaina. Dia menikah dengan puteri yosandha dan dikarunia satu orang anak.
            Awal mula dari kemunculan agama jaina ialah ketika mahavira menyaksikan prilaku kasta brahmana  ( Brahmin ) yang banyak melakukan penyelewengan-penyelewengan sehingga membuat dia muak pangeran muda tersebut. Apalgi ketika ia menyaksikan kematian kedua orang tuanya dalam keadaan lapar padahal mereka hidup dalam kemewahan, itu dilakukan kedua orangnya Karena dalam ajaran hindu mengatakan kematian dalam keadaan lapar  merupakan suatu kematian yang suci ( holy death )[10]. Setelah kedua orang tuanya meninggal itulah dia berkata kepada saudaranya :
               “ saudara, untuk berkabung atas kemangkatan ibu-bapak kita, saya berkehendak mengangkat sumpah bahwa dua belas tahun lamanya saya akan mengabaikan tubuh menahankan bencana apapun yang datang dari kodrat-kodrat gaib maupun manusia atau-pun hewan “. ( SBE. 22-200 ) “[11]
            Mahavira melakukan perjalanan mengembara sebagai seorang kafir, dan bersumpah “ dalam masa 12 tahun terhitung mulai dari saat ini saya tidak akan mengucapkan sepatah katapun “. Dari sumpah itu dia mendapatkan banyak pelajaran, diantaranya dia itu lebih baik dari kata. Mahavira juga tidak membenarkan membunuh apa-apa yang bernyawa. Kemudian ajaran-ajarannya banyak didukung oleh kalangan raja-raja karena salah satu ajarannya adalah tidak bolh menyakiti benda-benda yang mempunyai ruh teapi telah mewajibkan rakyat agar taat dan setia kepada oran yang memerintah, barang siapa yang melanggar atau menentang akan disembelih kepalannya. Apalagi seruannya mengandung sesuatu yang membayangkan isi hati mereka dalam menentang golongan brahmana. Penyebaran hasil pemikirannya disebar melalui padato-pidato dan ceramah-ceramah diberbagai kota di india. Dari perjalanannya itu kemudia pengikut jaina lebih kurang satu juta orang dan semuanya berada di india seperti agama hindu, pada keeluruhannya tara social dan penidikan mereka bersifat tinggi[12]  
 Kitab Suci
            Sumber-sumber suci dikalangan para pengikut jaina adalah pidato-pidato mahavira yang dikumpulkan bersama-sama dan dijild menjadi suatu sumber hukum. Sehingga disetujui bahwa bahasa kepustakaan  suci ini adalah suatu bahasa yang dinamakan “ Ardha Majdi “. Tatkala timbul niat untuk menjaga dan menyusunnya, maka digunakan bahasa sanskerta. Kitab tersebut berisikan tentang pesan-pesan dan sumber hokum dari para pengikut agama jaina. Kitab suci Jaina yaitu “Siddahanta” yang bermakna perintah, ajaran, bimbingan. Kitab suci ini terdiri ari 12 buah Angas (Bab).

Ajaran Agama Jaina
            Mahavira mengajarkan beberapa hal diantaranya mengenai :
1.      Kebebasan
Kebebasan terpendam dalam diri manusia itu sendiri,  kebebasan terbagi menjadi dua :
·         Kebebasan dari karma : sebab akibat dari tindakan manusia itu sendiri
·         Kebebasan dari samsara : hidup berulang kali ke dunia yang semuanya itu merupakan derita.
2.         Cinta dan Benci
Cinta dan benci mesti dihindari karena kedua-duanya merupakan hasrat yang menjadi pangkal segala derita di dalam hidup manusiawi
Inti Ajaran Mahavira disebut juga Ahimsa. Yang terdiri dari dua suku kata yaitu {a-} bermakna tidak dan {himsa} bermakna kekerasan, ahimsa berazaskan tanpa kekerasan.
Inti ajaran Mahavira lainnya adalah kalwat dan bertapa, hidup sebagai seorang fakir-pengembara yang mau menyingkiri hasrat duniawi.
Mahavira menyimpulkan ajarannya pada tiga ratna jiwa  yaitu :
1.      Pengetahuan yang benar
2.      Kepercayaan yang benar
3.      Tindakan yang benar
Tindakan yang benar itu mestilah berazaskan lima sumpah terbesar
1.      Jangan membunuh sesuatu yang hidup
2.      Jangan mencuri
3.      Jangan berdusta
4.      Jangan hidup bejat
5.      Jangan menghasratkan apapun
Ajaran Jainisme berbicara terhadap Alam Ghaib, bahwa alam ghaib itu ada dua golongan yaitu, Agnoisticism yang bermakna paham tatkahu. Semua mengenai alam Ghaib tidak dapat di ketahui perwujudannya secara pasti, maka dari itu tidak perlu di permasalahkan. Dan satu lagi dari golongan Atheisme yang bermakna paham anti tuhan. Golongan ini langsung menyangkal dan meniadakan perwujudan kodrat ghaib dan alam ghaib.
Agama Jaina terbagi atas dua sekta yaitu[13] : Sekta Svetambara dan Sekta Digambara. Ini terjadi pada saat musim paceklik di India utara, Atas pimpinan tuan Bhadrabahu. Sekta Svetambara adalah Sekta yang mendiami belahan utara pegunungan Vindaya, yang bersuhu sejuk. Ia selalu mengenakan pakaian putih. Sedangkan Sekta satu lagi menempati bagian selatan pegunungan Vindaya yang beriklim panas yang ciri-cirinya yaitu tidak mengenakan pakaian apapun walau hanya sehelai benang. Sekta ini di panggil dengan Sekta Digambara.  Akan tetapi pada abad ke tujuh masehi yakni semenjak anak benua India itu berada di bawah kekuasaan Islam itu mereka di paksakan untuk mengenakan pakaian.
Pada tahun 1474 masehi lahir Sekta baru yang dipanggil dengan Sekta Sthanavaksi muncul dari lingkungan belahan utara yaitu Sekta Svetambara.




DAFTAR PUSTAKA
Ø  Pendit. Njoman S. Guru Nanak dan Agama Sikh. Jakarta: Yayasan Sikh Gurdwara Mission, 1988
Ø  Shalaby. Ahmad Prof. Dr.  Agama-Agama Besar di India. Jakarta : Bumi Aksara, 1998
Ø  Saiyb. Yoesoef. Agama-agama besar di dunia, , PT Al Husna Zikra 1996. Cet.3
Ø  Suprapto,  FA. Agama-agama dunia. Kanisius (Anggota IKAPI, Yogyakarta 2006).




[1] FA, Suprapto, Kanisius,  Agama-agama dunia, (Yogyakarta: Anggota IKAPI). Hal. 153
[2] Yoesoef Saiyb, Agama-agama besar dunia, (Jakarta: PT Al Husna Zikra cet.3 1996), hal. 145
[3] Ruangan di mana Guru Granth Sahin di tempatkan.
[4] Ibid hal. 156
[5] Njoman S. Pendit, Guru Nanak dan Agama Sikh, (Jakarta: Yayasan Sikh Gurdwara Mission, 1988), hal. 65.
[6] Ibid., hal. 81.
[7] Ibid., hal. 87.
[8] Ibid., hal. 94.



[12] Prof. Dr. Ahmad Shalaby, Agama-Agama besar di India, (Jakarta : Bumi Aksara, 1998), Hal. 113

[13] Ibid. hal 140

Tidak ada komentar: